Cerita Sex ini berjudul ” Menikmati Seks Sebelum Berangkat Sekolah ” Cerita Dewasa, Cerita Hot, Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks, Kisah Mesum, Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
SodokBelakang – Tidurku yang tak nyaman karena dilanda mimpi buruk, terasa makin tak nyaman karena nafasku tiba tiba terasa sesak, dan dadaku menyerupai terhimpit sesuatu. Tapi gila sekali, saya yakin kalau saya tidak mengidap penyakit asma.
Namun selangkanganku terasa enak dan nikmat, menyerupai ada penis yang mengaduk vaginaku. Belum lagi rasanya payudaraku diremas lembut, membuatku perlahan tersadar dari tidurku, untuk kemudian mendapati ternyata Wawan yang membuatku terbangun dengan menyetubuhiku.
Aku yang masih belum sadar betul, terkejut melihatnya ada di kamarku, apalagi sedang menyetubuhiku, membuatku menjerit ketakutan dan mendorongnya, namun ia terlalu berat buat cewek mungil sepertiku.
“Lho Non Eliza, katanya mulai kemarin saya boleh menikmati Non?” tanya Wawan memprotesku.
Aku pribadi sadar, teringat kemarin memang saya menjanjikan hal ini. Agen Maxbet
“Tapi bukan gini caranya Wan! Masa saya lagi tidur kau ajak beginian. Nggak sopan tahu! Lagian saya tadi masih belum sadar benar, bangkit bangun ada orang lain di kamarku, kukira saya sedang diperkosa rampok tau!”, kataku ketus.
Sebenarnya saya merasa cara Wawan membangunkanku menyerupai ini begitu sexy, tapi jual mahal sedikit boleh dong?
Mendengar omelanku, Wawan terdiam. Tapi penisnya yang menancap di vaginaku tidak mengendur sedikitpun.
Aku menghela nafas panjang, saya sudah tahu hal menyerupai ini akan terjadi.
“Ya sudah, cepat lanjutkan. Mana kau ini lama lagi kalau main… Eh… tunggu!!”, tiba tiba saya teringat kokoku, dan saya menurunkan volume suaraku.
“Gila kau ya Wan, kokoku mana??”, tanyaku panik.
“Tenang Non, liat ini jam berapa? Kokonya non sudah pergi setengah jam yang kemudian kok. Dan saya sudah tidak tahan untuk bermain lagi dengan non nih”, kata Wawan sambil cengengesan.
Oh.. saya sedikit lega, dan melihat jam, yang ternyata sudah jam delapan seperempat, masih pagi.
“Lalu, sejak jam berapa kau nggghh… ” belum selesai saya bertanya, Wawan sudah mulai menggenjotku dengan tak sabar, sampai saya melenguh, keenakan.
“Oh..Wan… kamu… ssshh…”, saya mendesah takluk.
Wawan tersenyum penuh kemenangan, membuatku sedikit jengkel juga, tapi hanya sebentar, karena rasa nikmat pribadi melandaku ketika Wawan mengulangi gayanya kemarin.
Ia memeluk pinggangku, dan menarikku berdiri dengan penisnya yang menusuk liang vaginaku.
“Eengghh… ngghhkk…”, saya melenguh lenguh keenakan ketika penis Wawan yang amat kokoh itu terbenam makin dalam pada liang vaginaku.
Bukan hanya karena takut, tapi saya juga tak ingin penis itu lepas dari liang vaginaku, membuatku tanpa sadar kembali melingkarkan kakiku ke pinggangnya.
Akibatnya tusukan penis Wawan itu terasa semakin dalam, membuat gairahku naik dengan cepat. Aku pribadi melingkarkan tanganku ke leher Wawan supaya tubuhku tidak terjatuh ke belakang, dan memagut bibirnya dengan penuh nafsu tak perduli dengan wajahnya yang amburadul.
Terakhir saya minum obat anti hamil adalah ketika saya jadi obyek pesta seks di ruang UKS dua hari yang lalu, tapi saya tak kuatir hamil jawaban ngeseks dengan Wawan dan yang lainnya ini, alasannya sekarang saya sedang bukan dalam masa subur. Dan saya sudah tak lagi punya niat untuk jual mahal, karena rasa nikmat yang sudah menjalar ke seluruh tubuhku benar benar mengalahkan kecerdikan sehatku.
Wawan terus memompa vaginaku sambil berjalan, rasanya nikmat sekali. Aku heran dan menduga duga ke mana ia mau membawaku, sambil mulai memperhatikan keadaanku. Baju tidurku ini masih melekat, dan ketika saya sadar saya tak menggunakan bra, saya teringat kalau kemarin saya tak memakainya.
Kadang kala saya memang tidur tanpa menggunakan bra. Tapi celana dalamku tidak ada, dan sempat saya melihat dari pintu kamarku ketika Wawan membawa tubuhku keluar, kutemukan benda mungil itu tergeletak di lantai kamarku.
Kini Wawan menuruni tangga, rupanya ia hendak mengajak rekan rekannya yang kemarin untuk bersama sama menikmati tubuhku.
Gawat juga nih. Kalau tiap pagi saya harus sarapan sex menyerupai ini, bagaimana saya mampu konsentrasi di sekolah?
Tapi saya tak kuasa menolak kenikmatan ini dan pasrah saja mengikuti kemauan Wawan. Setiap langkahnya di tangga membuat penisnya memompa dan mengaduk liang vaginaku, dan saya orgasme ringan sampai cairan cintaku mengalir semakin banyak. Agen Maxbet Terpercaya
Seharusnya cairan cintaku ini membasahi paha Wawan, tapi ia terlihat senang senang saja, dan ia terus melangkah sampai alhasil kami tiba di kamar tidur pembantu laki laki di rumahku, dimana pak Arifin dan Suwito sudah menunggu untuk mengeksekusi diriku yang masih menggunakan baju tidur ini.
Sadar kalau saya akan segera jadi obyek pesta seks lagi pagi ini, saya mencoba mengingatkan mereka supaya tak keterusan menyetubuhiku sampai seharian karena saya masih harus pergi ke sekolah.
“Kalian… harus inghh… ingat… yaaah…. ngggh…. saya nantiiii…. harus… sekolah….”, kataku terputus putus di antara desahan dan lenguhanku karena.
“Tenang non Eliza, cuma satu ronde kok. Kami kan juga harus kerja membersihkan pecahan luar rumah Non…”, kata Suwito dan disambung tawa yang lain.
“Aduh non, kalau begini non bagus banget lho non, mana ada pemain film porno yang secantik nona kita ini ya?”, kata Suwito lagi sambil membelai bongkahan pantatku.
“Kita ini benar benar beruntung mampu kerja di sini. Di mana lagi kita mampu menikmati nona amoy secantik non Eliza ini… seterusnya lagi. Non Eliza sendiri kan yang minta? Kalau begini mah, bayaran gak naik juga kita betah lho non kerja sampai renta di sini”, timpal Pak Arifin sambil menyibakkan rambutku yang terurai ini ke belakang telingaku.
Mereka tertawa senang sementara saya yang antara aib bercampur terangsang, tak mampu menanggapi gurauan mereka, karena Wawan sudah melanjutkan pompaan penisnya yang sekeras batangan besi itu, membuatku menggeliat dan melenguh dalam pelukannya.
“Nggggh… Waaan… aduuuh… emmpph”, saya melenguh dan merintih, tapi semua itu terhenti ketika Wawan memagutku dengan buas.
Yang lain sabar menanti gilirannya dengan caranya masing masing, Suwito membelai dan meremas pantat dan payudaraku, sementara pak Arifin membelai belai rambutku yang panjang sampai sepunggung ini, sambil menghirup busuk harum rambutku.
Dengan tubuh yang dirangsang 3 orang sekaligus menyerupai ini, membuat orgasme demi orgasme meluluh lantakkan tubuhku, sampai alhasil datanglah dikala ketika yang paling nikmat itu, saya kembali menerima multi orgasme.
“Mmmmmph… hnngggh.. oooohhhh… aaa….duuuuuh….” erangku dikala tubuhku terlonjak lonjak tak karuan, cairan cintaku membanjir dan membanjir.
Betisku melejang lejang, pinggangku tertekuk ke belakang ketika saya menikmati orgasmeku dengan sepuas puasnya. Tubuhku pasti sudah jatuh kalau tak ditahan Suwito dan pak Arifin, yang memanfaatkan kesempatan itu untuk menyusu pada payudaraku sambil meremas remas dengan gemas, membuat orgasmeku yang susul menyusul ini makin terasa nikmat.
Dentang grandfather clock dari dalam ruang tamu di rumahku menyampaikan sekarang ini adalah jam sembilan pagi!
Entahlah, mungkin sudah satu jam kali saya digenjot Wawan, kalau ditambah dengan waktu saya masih tertidur. Ia memang perkasa untuk urusan sex, membuatku semakin kagum padanya. Beberapa menit setelah saya orgasme, Wawan tak tahan lagi.
“Oooh… memeknya non Eliza ini…. rasanya kontolku kayak diurut urut… aaah… “, erangnya sambil menyemprotkan spermanya yang hangat itu di dalam liang vaginaku.
Aku memejamkan mata ingin menikmati sepuas puasnya rasa hangat yang memenuhi relung relung vaginaku. Kurasakan tubuhku dibaringkan di salah satu ranjang mereka, dan penis Wawan sudah terlepas dari vaginaku.
Aku membuka mataku, untuk melihat giliran siapa berikutnya. Sedikit beda dari kemarin, sekarang gilirannya Suwito, yang sudah mengambil posisi di selangkanganku, dan segera membenamkan penisnya ke dalam vaginaku yang masih sangat lembap oleh cairan cintaku dan sperma Wawan.
Aku hanya mampu menggeliat pasrah dibawah tindihan Suwito, yang dengan penuh semangat menggenjotku sepuas puasnya. Pak Arifin masih memainkan dan membelai rambutku, yang menurutnya sangat indah.
Tiba tiba saya teringat penis Wawan yang pasti masih belepotan spermanya sendiri yang bercampur dengan cairan cintaku.
“Wan, sini saya oralin bentar”, saya memanggil Wawan untuk mendekat dan menikmati servis oral dariku.
Entah apa yang mendorongku, tapi saya hampir tak mampu mempercayai bahwa itu adalah suaraku sendiri ketika saya memanggil Wawan.
Wawan yang sedang duduk di lantai beristirahat, tentu saja tak perlu kuminta dua kali, ia segera berdiri mendekatiku dan menyodorkan penisnya untuk kuoral, dan tanpa aib malu saya memegang penis yang sudah mengendur itu, kukulum kulum dan kuseruput sampai pipiku menyerupai kempot, sampai tak ada sperma yang tersisa, sementara Wawan melenguh lenguh keenakan.
Benar benar edan! Bagaimana mungkin saya mampu seliar ini? Bahkan saya merasa sperma itu begitu enak dan gurih, apakah ini karena saya mulai ketagihan minum sperma?
Entahlah, tapi sekarang ini saya sudah tak sabar lagi menunggu Suwito orgasme, karena saya ingin segera merasakan nikmatnya sarapan sperma lagi.
Maka setelah penis Wawan selesai kuoral sampai bersih, saya segera menggerakkan pinggulku menyambut tusukan demi tusukan Suwito. Tak sampai sepuluh menit Suwito sudah menggeram dan badannya bergetar getar.
Ingin saya meminta Suwito untuk menyiramkan spermanya di dalam mulutku, namun saya takut dianggap tidak adil karena tadi Wawan sudah merasakan nikmatnya mengeluarkan spermanya dalam liang vaginaku.
Aku diam saja, membiarkan Suwito memuaskan hasratnya untuk menyemprotkan spermanya dalam liang vaginaku. Setelah kurasakan tak ada semprotan lagi, saya segera mendorong tubuhnya sampai penisnya terlepas dari jepitan liang vaginaku
”Suwito, cepat sini…”, saya memanggil Suwito sambil memintanya duduk di samping kananku.
Suwito pun segera menghampiriku, dan saya segera menelan penisnya dalam mulutku, menyedot nyedot sisa sperma dari penisnya itu sambil memejamkan mataku, merasakan tetes demi tetes sperma yang teroleskan di lidahku. Rasanya nikmat sekali, asin dan begitu gurih.
Pak Arifin yang sempat tak kulihat batang hidungnya, kulihat kembali, sambil membawa sebuah sendok teh dan piring kecil. Aku tak terlalu memperdulikan hal itu, dan terus mengulum penis Suwito. Tiba tiba, saya melepaskan kulumanku, sambil melenguh pelan karena merasakan nikmat pada selangkanganku.
Tak apa apa, toh penis Suwito sudah bersih. Tapi bukan itu yang harus kupikirkan, maka saya melihat ada apa dengan selangkanganku.
Ternyata pak Arifin sedang menyendoki lelehan sperma yang bercampur cairan cinta yang mengalir keluar dari vaginaku, dan ditadahi dengan piring kecil tadi. Aku hanya diam menahan nikmat, ketika sendok kecil itu mengorek ngorek vaginaku dengan lembut, menyendoki sisa cairan cintaku dan sperma sperma dari Wawan dan Suwito.
Setelah beberapa saat, mungkin setelah vaginaku sudah tak terlalu becek lagi, pak Arifin menghentikan ulahnya itu dan duduk di samping kiriku.
“Non Eliza, non suka peju ya? Saya suapin peju mau ya?”, tanya pak Arifin yang memegangi sepiring kecil yang berisi campuran cairan sperma dan cairan cintaku itu.
Aku dengan sedikit malu, mengangguk pelan, dan pak Arifin mulai menyuapiku dengan lembut menyerupai menyuapi anaknya yang sedang sakit.
Kembali saya merasakan sperma yang bercampur cairan cintaku sendiri. Walaupun saya belum makan pagi, suapan demi suapan cairan yang gurih dan nikmat ini menyerupai menggantikan sarapanku, membuat saya tak merasa begitu lapar lagi.
Setelah jatahku habis, pak Arifin mulai bersiap menggenjotku.
“Non Eliza, non mau nggak kalau nanti saya mengeluarkan peju dalam verbal non?”, tanya pak Arifin.
Aku mengangguk senang, kemudian melebarkan kedua pahaku selebar lebarnya, karena saya ingat penis pak Arifin ini berukuran raksasa. Kurasakan penis itu sudah mulai melesak sedikit, dan gairahku pribadi naik cepat. Apalagi Wawan dan Suwito ikut menyusu pada payudaraku dengan remasan remasan kecil.
“Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat.
Tetap saja ada rasa sakit yang melanda vaginaku, karena ukuran penis pak Arifin sangat besar. Tapi sekarang saya mampu lebih cepat beradaptasi, dan mulai mengimbangi genjotan sopirku ini. setelah rasa sakit itu lenyap, saya mulai mendesah dan melenguh keenakan.
Penis itu seolah menancap begitu erat, sehingga ketika pak Arifin menarik penisnya, seolah vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik, dan tubuhku terangkat sedikit. Namun ketika penis itu menghunjam, rasanya vaginaku serasa sedang dimasuki daging keras yang besar sampai sesak sekali.
Tak sekeras punya Wawan memang, tapi masih keras untuk ukuran orang seumur pak Arifin. Dan cukup keras untuk membuat saya serasa melayang ke awang awang.
Rasa nikmat ini alhasil membuat saya orgasme, kembali kakiku melejang lejang membuat jepitan vaginaku pada penis pak Arifin makin erat, dan ini membuat pak Arifin kelabakan, penisnya berkedut kedut. Ia segera menarik penisnya lepas dari vaginaku dengan tergesa gesa, dan segera membenamkan penisnya dalam mulutku.
Segera semprotan spermanya yang juga terasa asin dan gurih, membasahi kerongkonganku. Aku terus melahap sperma itu, menjilati dan mengulum penis itu sampai bersih. Aku sudah tak merasa begitu lapar lagi setelah sarapan sperma dan cairan cintaku sendiri.
Mereka bertiga alhasil duduk mengatur nafas mereka yang masih memburu, sedangkan saya sendiri tergeletak lemas dalam kepuasan seksual di ranjang mereka. Wawan kelihatannya sudah pulih karena penisnya itu sudah mengacung kembali, tapi sesuai kesepakatan mereka, Wawan tak berbuat apapun padaku.
Tiba tiba Sulikah masuk ke dalam kamar ini dengan nafas tersengal sengal sampai kami semua menoleh padanya.
“Non, kokonya non sudah pulang. Cepetan non”, seru Sulikah panik.
Aku juga ikut panik dan segera keluar dari kamar ini berlari kembali ke kamarku. Entah dengan yang lain, yang penting saya tak boleh sampai ditemukan oleh kokoku di kamar tadi.
Untung Sulikah memberitahu tepat pada waktunya, saya sudah di dalam ruang makan ketika kudengar deru mesin mobil kokokku di garasi. Mungkin dosen yang mengajar mata kuliahnya pagi ini tidak tiba sampai kokoku pulang cepat.
Aku naik tangga dengan jantung berdegup kencang, alhasil sampai juga saya ke dalam kamarku yang kulihat sudah rapi, pasti Sulikah yang merapikan.
Sempat kulihat jam, ternyata sudah jam setengah sepuluh. Dan saya segera masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dari keringatku dan keringat tiga orang tadi, juga tak lupa liang vaginaku ini kucuci bersih dengan cairan pembersih vaginaku, sampai terasa kesat dan pasti berbau harum ^^
Mungkin karena cuma satu ronde, tubuhku tak terlalu lelah. Selesai mandi, saya mengeringkan tubuhku sambil memastikan tak ada tanda tanda saya baru saja ngeseks dengan seseorang. Lalu saya menggunakan baju santai, dan turun ke ruang makan.
Di sana sudah menunggu kokoku, yang membawakan saya sebungkus nasi campur yang dijual di erat sekolahnya, kesukaanku. Yah, kebetulan deh. Aku kan belum makan pagi, cuma sarapan sperma dari mereka bertiga tadi. Dan sekarang tiba tiba saya jadi merasa lapar lagi.
“Thanks ya kokoku yang baik”, kataku sambil memeluk kokoku dengan senang.
“Iya me. Tapi baik kalau bawain makanan aja ya? Kalau nggak jadi nggak baik?”, kokoku tertawa dan menggodaku.
Aku memukul lengannya manja, kemudian kami makan bersama. Kami ngobrol kesana kemari, dan tak terasa alhasil selesai juga kami makan.
Kokoku kembali ke kamarnya, mungkin mengutak atik komputernya. Aku juga kembali ke kamarku, mempersiapkan diri ke sekolah. Sekarang masih jam sepuluh, saya biasanya berangkat ke sekolah jam setengah dua belas siang.
Berarti masih ada satu setengah jam lagi sebelum saya harus berangkat, dan dengan santai saya menyiapkan seragamku, putih bubuk abu. Juga tas sekolahku, yang membuat perasaanku berkecamuk karena saya teringat perihal obat perangsang itu.
Lalu saya menyisir rambutku rapi, dan duduk manis di ranjangku. Sambil menunggu, saya menelepon temanku yang bernama Jenny, dan kami ngobrol sampai tak terasa sudah waktunya saya harus berangkat.
Setelah berpamitan pada Jenny, saya mengenakan seragam sekolahku. Lalu saya berpamitan pada kokoku dan turun ke garasi. Seperti biasanya, pak Arifin menyampaikan diri untuk mengantarku, tapi kutolak halus karena saya ingin menyetir mobil sendiri.
Dalam perjalanan, saya mengingat ingat tragedi pagi ini, dan membayangkan besok itu besar kemungkinan saya harus melayani mereka bertiga lagi karena kokoku kuliah pagi sampai siang. Hmm, sarapan sex tiap pagi sebelum ke sekolah?
Aku menggelengkan kepala tak habis pikir, mampu bisanya ada pembantu dan sopir yang berani menggunakan tubuh anak majikannya untuk memuaskan nafsu seks mereka. Aku tahu mereka akan terus melakukan hal yang sama menyerupai tadi setiap situasi di rumahku memungkinkan bagi mereka.
Entahlah, dan yang lebih gila lagi, anak majikannya ini tak merasa keberatan alias bispak gitu loh…
Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri