Cerita Sex Suami Istri Meniknati Hubungan Intim Terasa Ingin Terbang Tinggi

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
19 views

Saya sendiri benar-benar mengucapkan syukur karena Tuhan memberi karunia kecantikan dan kemolekan badan semacam ini, lumrah saja saat kuliah dahulu saya kerap jadi rebutan rekan pria di kampusku.

 

Cersex Mertua – Saat ini saya sudah jadi Ibu rumah-tangga dan aku juga benar-benar menyukai pacar yang sekarang jadi suamiku.
Karena mungkin ada di lokasi yang baru dengan situasi baru juga yang membuat saya dan suamiku demikian bernafsu malam hari ini. Memang siang tadi kami baru jalan-jalan disekitaran kota untuk sekedar hanya mengenali lokasi yang untuk beberapa saat ke depan bisa menjadi rumahku yang baru. Mas Rohan suamiku memang baru mendapatkan promo untuk pimpin cabang perusahaan di mana suamiku bekerja, dan saya memang mau tak mau turut dengan suamiku berpindah kekota baru ini karena saya tidak ingin pisah dengan Mas Rohan suamiku.

Keluarga Hampir satu tahun pernikahan kami, tapi rasanya baru tempo hari kami bertemu dengan penghulu di depan sanak keluarga. Saya benar-benar menyukai Mas Rohan suamiku dan demikian demikian sebaliknya hingga rasanya kami nikmati bulan madu terus tiap hari meskipun hampir satu tahun umur rumah tangga kami. Seperti malam hari ini meskipun sepanjang hari kami keliling kota Bandung, tetapi rasanya kami tidak merasakan capek sekedar untuk menumpahkan rasa cinta kami yang demikian menggebu.
“Mari donk Mas, ucapnya Mas ingin membawa saya terbang malam hari ini..”
Mas Rohan memang sebelumnya tidak pernah menampik jika saya mulai merajuk semacam itu.
“Iya, sesaat Mas ingin mengambil air minum dahulu ya, sayang..”, katanya sekalian bergerak dari tempat tidur dan segera keluar kamar untuk ambil satu gelas air. Mas Rohan memang biasa mempersiapkan air minum saat sebelum kami lakukan jalinan suami istri, ucapnya agar tambah tenaga jika kelak ingin ronde ke-2 .
Seperginya Mas Rohan saya selekasnya melepaskan bajuku hingga saya sekarang telanjang bundar dan selekasnya masuk terbalik selimut. Saat Mas Rohan kembali saya bersandiwara pejamkan ke-2 mataku.
“Lho, ucapnya ingin terbang ko justru bobo sich”.
Saya diam saja, Mas Rohan duduk di pinggir tempat tidur dan menarik selimutku. Mas Rohan sedikit kaget saat merasakan badanku yang telah telanjang bundar saat ia menarik dan menyampakkan selimut itu ke lantai. Sudah pasti jika melihatku telah semacam ini Mas Rohan akan selekasnya melepaskan bajunya dan secara langsung menangkap badan molekku yang sedang menunggu kehadirannya.
“Hhh.. Ssshh..”.
Mulutku mulai keluarkan suara, tangan Mas Rohan mulai mencari badanku, cukup tergesa dia sentuh dua bukit kembar yang melambung di dadaku. Saya makin mencapai puncak, ini kali usapan lidah Mas Rohan yang main di dadaku. Lama dia mengulum, menjilat dan kadangkala menggigit kecil puting susu yang sudah tegak berdiri dengan kokohnya di ke-2 iris payudara cantikku.
“Hhh.. Alya sayang.. mari kita terbang sayang..”.
Saya diam dan menjawab erangan Mas Rohan dengan perlawanan cumbuan yang makin panas. Perlahan-lahan mulut Mas Rohan turun menyebar dekati perutku dan terus melaluinya dan pada akhirnya.., sentuhan lidah yang basah kembali kurasakan sapu organ badanku yang paling peka, mulutku mulai meracau entahlah ke mana dan kujepit kuat kepala Mas Rohan dengan ke-2 paha putihku. Hampir tiap kami lakukan jalinan tubuh setiap waktu itu juga Mas Rohan mainkan lubang kewanitaanku dengan jilatan dan sapuan-sapuan lidah yang basah, tetapi saya seolah sebelumnya tidak pernah jemu terus ingin mendapatkan lagi kesan yang menggembirakan tersebut.
“Ohh.. Mas.. mari.. Mas saya siap.. ak.. saya.. telah basah..”.
Saya mulai buka lebar ke-2 kakiku menunggu perlakuan Mas Rohan seterusnya. Perlahan-lahan Mas Rohan mulai merayap naik menjajarkan badannya dengan badanku.
“Sesaat ya sayang.. saya pakai ini dahulu”.
Mas Rohan bergerak ambil bingkisan kecil berisi kondom yang memang ada di laci tempat tidur kami.
“Biarlah Mas.. tidak perlu pakai itu sekarang ini.. saya sudah tidak kuat nih”
“Iya.. sesaat yaang..!”
Dengan cepat Mas Rohan menggunakan kondom dengan tangan kanannya dan tangan kiri masih tetap tidak terlepas dari puting susuku seolah takut terlepas dari genggamannya.
Kami memang selalu lakukan safe seks untuk atur kelahiran anak kami, Mas Rohan belum berkemauan untuk punyai anak sekarang ini, ucapnya dia tidak siap dan ingin mempersiapkan segala hal dahulu untuk beberapa anak kami. Jika tidak dengan mekanisme kalender ya dengan menggunakan kondom di saat saat subur benar-benar sangat menolong tunda kehamilanku. Saya sendiri kurang suka dengan kondisi semacam ini, selain saya sudah ingin punyai anak karena rasanya ada suatu hal yang kurang jika waktu bersetubuh ada yang merintangi penggabungan kami meskipun itu cuma sebuah karet tipis. Meskipun itu tidak kurangi kepuasan jalinan seks tetapi kadangkala saya selalu ingin lebih atas sesuatu yang diberi Mas Rohan. Saya memang termasuk wanita dengan keinginan seks yang demikian tinggi, kadangkala saya baru betul-betul terpenuhi jika sudah capai orgasme lebih satu atau 2x.
Saya telah betul-betul basah, ini kali Mas Rohanpun sudah siap masuk diriku. Perlahan-lahan dia arahkan senjatanya ke selangkanganku dan sedikit ditolong goyangan dari bokongku, amblaslah senjata kebanggaan punya Mas Rohan di vaginaku, walaupun tidak besar tetapi penis ini sudah betul-betul membuatku mabok kepayang akan enaknya bercinta.
“Ohh..” mataku terpejam, detik selanjutnya kami berlomba sama-sama isi keduanya dalam keinginan birahi, goyangan dan pacuan disertai kecupan dan gigitan kecil meng hias ruang tidur kami, dan pada akhirnya..
“Aaa.. All.. Alyaa..!” sedikit terpekik Mas Rohan melafalkanng untuk sesaat dan pada akhirnya terkulai lemas di atas badanku.
Karena mungkin terlampau lelah setelah sepanjang hari jalanan Mas Rohan capai klimaks lebih dahulu tinggalkan saya yang sedang berlomba melafalkanrnya. Rasanya seperti digantung di tempat yang jauh, saya berusaha memburu secara terus menggoyahkan bokongku dan merengkuh kuat badan Mas Rohan yang terkulai lemas. Meskipun pada akhirnya saat klimaks itu tiba tapi saya tetap seperti belum betul-betul melayang-layang seperti saat-saat pertama kami lakukan jalinan seks, ya saya selalu ingin lebih tetapi saya cuma diam merengkuh badan Mas Rohan yang tetap menindihku.
“Terima kasih Alyaku Sayang..”, Mas Rohan mengecup telingaku sekalian berbisik dan tertidur disampingku.
Pagi hari ini menyengaja Mas Rohan ajakku untuk bersama kekantornya dan aku juga ingin menyaksikan kantor baru Mas Rohan sekalian kenalan dengan beberapa pegawai disitu. Sesampai di dalam kantor kami mulai kenalan dengan beberapa pegawai.
“Kawan-kawan sekaligus berikut pimpinan kita yang baru silahkan anda semua kenalan dengan beliau”.
Pak Yonas mulai mengenalkan kami ke beberapa pegawai. satu-satu kami mulai bersalaman dan sama-sama mengenalkan diri masing-masing dimulai dari staff manajer sampai pegawai tingkat dibawahnya. sesudah usai acara perjumpaan pada akhirnya Pak Yonas memberikan reuangan kantor suamiku, sedikit mengenai Pak Yonas ini ialah wakil pimpinan sementara saat sebelum suamiku menggantikan pekerjaan pimpin perusahaan ini. Dia berusia sekitaran 32 tahun dengan jatah badan demikian seimbang menurutku dan suamiku juga sudah mengenali sedikit mengenai Pak Yonas karena dia sebelumnya pernah di taruh di dalam kantor pusat bersama suamiku.
“Silahkan silahkan Pak, Bu.., ini kantor Bapak yang baru di sini ”
“Oh.. iya terima kasih Pak Yonas, nach ini Ma, kantor baru Papah”
“Wah bagus ya Pa, saya pikir tidak kalah hebat dengan situasi yang di dalam kantor pusat”
“Silakan Pak, sesaat saya tinggal dahulu”
“Iya.. iya silahkan”
Sesudah Pak Yonas pergi selanjutnya kami masuk ke dalam ruang kantor yang lumayan lebar dengan segala hal yang teratur rapi. Karena tidak kikuk saya menyengaja melepaskan blazer warna ceria yang kukenakan, pagi itu saya memekai baju cukup sedikit resmi dengan rok selutut dan blouse warna putih tanpa lengan yang cukup tipis lantas di di tutup denganblazer, wah anggun sekali saya keliatannya pagi hari ini.
Tok.. tok.. tok.. mendadak pintu kantor kedengar diketok di luar.
“Masuk!” Mas Rohan menyilahkan agar selekasnya masuk.
“Maaf Pak, saya cuma ingin memberi arsip laporan paling akhir cabang di sini Pak”.
Rupanya Pak Yonas yang masuk dan bawa arsip untuk diberikan ke suamiku. Pak Yonas cukup sedikit kaget saat matanya tertuju ke arahku yang sudah buka blazer barusan hingga lengan mulusku kelihatan terang dan garis BH ku terpajang karena minimnya blous yang kukenakan. Lama dia melihatku dengan pandangan mata yang tajam membuat saya cukup risi dan sudah pasti dadaku berdegap kuat.
“Oh ya terima kasih Pak Yonas”
“Baik Pak saya izin dahulu”
“Silakan!”, sesudah Pak Yonas pergi Mas Rohan dekatiku dan duduk di atas sofa yang teratur di dalam kantor tersebut.
“Bagaimana Al, Baguskan situasi di sini?”
“Ya.. cukup ramah orang-orangnya, tetapi Pak Yonas itu cukup aneh ya Mas”
“Ah, tidak karena mungkin ia baru menyaksikan kamu saja hingga ia kaya begitu, sebetulnya di baik dan ramah kan?”
“Iya sich Mas..”.
Lama saya di dalam kantor Mas Rohan sampai saat makan siang dan kamipun makan bersama sejumlah staff manajer. Mas Rohan banyak menceritakan khususnya mengenai saya, semua kebaikanku dan kemanjaan seolah jadi kebanggaan untuk Mas Rohan. Selanjutnya mereka juga enteng sekitaran maslah keluarga dan sesudah acara makan siang usai saya diantarkan pulang oleh Mas Rohan kerumah kemudian dia kembali lagi ke kantor.
Tidak berasa hampir satu bulan kami ada di Bandung ini dan aku juga makin kerasan saja tinggal di sini. Hampir tiap akhir minggu menyengaja suamiku ajak sejumlah pegawainya sekedar untuk wisata bersama bersama keluarga masing-masing hingga makin mengenali keduanya. Cuma Pak Yonas yang selalu datang tanpa didamping keluarga nya karena dia belum beristri apalagi punyai anak, ucapnya dia tidak siap dia untuk mengawali keluarga. Rupanya memamg Pak Yonas ini orangnya baik dan sangant menghargai Mas Rohan dan saya sebagai sama-sama rekanan sekalian atasannya. Kadangkala dia tiba kerumah sekedar hanya untuk mengobrol dengan kami berdua dan minta pengalaman berumah-tangga ucapnya.
Pagi itu sesudah Mas Rohan pergi kekantor, seperti umumnya saya mulai bersih-bersih membereskan rumah karena saya memamg menyengaja tidak ingin saat Mas Rohan menyuruhku untuk mencari pembantu. Alasannku karena saya ingin punyai aktivitas dan mengurusi suami secara baik, sesudah membenahi rumah dan mengolah untuk makan siang saya lantas segera mandi untuk bersihkan badanku. Fresh sekali rasanya siraman air menyirami badanku, lama saya merendam sama air hangat sekalian memikirkan tindakan Mas Rohan saat kami memadu cinta meskipun belakangan ini memang Mas Rohan kerap kecapean dan mau tak mau meninggalkanku untuk tidur terlebih dahulu.

Cerita Lainnya:   Cerita Dewasa Bercinta Di Pinggir Pantai
Category: CERITA SEX
cersex ibu ibu cersex bibi cersex pijat cersex santri cersex ibu selingkuh cersex ibu binal