Cerita Sex Pengalamanku Pertamaku Dengan Wanita Profesional

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
46 views

Perjalanan Usaha ke Surabaya sebetulnya benar-benar menggembirakan, karena akan bertemu dgn teman dekat lama yang telah lama kutinggalkan, sayang suamiku Hendra tidak dapat temaniku karena aktivitasnya.

Film Bokep – Dgn didampingi Andi, salah seorang kepercayaanku, kami terbang dengan flight sore agar dapat istirahat dan esok dapat rapat pada kondisi fresh dan tidak lemah karena harus bangun pagi pagi buta, ingat rapat esok aqu prediksikan akan berjalan cukup keras karena menygkut perundingan dan kontrak, selain itu rapat dgn Pak Reza, calon clien, agendanya jam 10:00 pagi.

Jam 19:00 kami cek in di Sheraton Hotel, sesudah menuntaskan administrasinya kami segera masuk ke dalam kamar masing-masing untuk istirahat. Kurendam tubuhku di bathtub dgn air hangat untuk melepaskan rasa capek sesudah sepanjang hari rapat di dalam kantor mempersiapkan bahan rapat untuk esok. Lumayan lama aqu di dalam kamar mandi sampai kudengar HP ku mengeluarkan bunyi, tetapi tidak kuperhatikan, paling suamiku yang kembali kesepian di dalam rumah, pikirku.

Sesudah senang memendam diri, kukeringkan tubuhku dgn handuk ke arah kamar. Kukenakan baju rileks, celana jeans straight dan kaos ketat full press bodi tanpa lengan sampai lekuk tubuhku tercetak terang, kupandangi performaku di kaca, dadaqu terlihat padat dan melawan, cukup attraktif, di umurqu yang 32 tahun tentu orang akan menduga aqu tetap berusia sekitaran 27 tahun.

Kutelepon ke rumah dan HP suamiku, tetapi ke-2 nya tidak ada yang jawab, lantas kuhubungi kamar Andi yang nginap pas di samping, idem ditto. Aqu terpikir miss call di HP-ku, rupanya sang Rio, gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi ia.

“hallo sayg, barusan telephone ya” sapaqu

“mbak Lily, bertemu yuk, aqu sudah rindu nih, kita acara pesta yuk, nanti aqu yang nyiapin pesertanya, tentu oke dech mbak” suara dari ujung merajuk

“acara pesta apaan?”

“acara pesta asyik dech, ditanggung senang, Mbak Hanya siapkan tempatnya saja, yang lain berikan ke Rio, tentu kelar, aqu jamin mbak” bujuknya

“memang berapakah orang” tanyaqu ingin tahu

“rencanaqu sich aqu dgn dua temanku, yang lain terserah mbak, agunan kepuasannya Rio dech mbak”

“asyik sich, sayg aqu kembali di Surabaya nih, bagaimana kalau sekembalinya aqu kelak”

“wah sayg sich mbak, aqu kembali rindu saat ini nih”

“taruh saja dahulu ya sayg, nanti tentu aqu kabari sekembaliku kelak”

“baik mbak, janganlah lupa ya”

“aqu tidak akan lupa kok sayg, eh kamu punyai rekan di Surabaya tidak?” tanyaqu saat tau-tau kurasakan nafsuku naik dengar gagasan pestanya Rio.

“Nach kan membuat acara pesta di Surabaya” ada suara sedih di suaranya

“bagaimana punyai tidak, aqu perlu malam hari ini saja”

“ada sich, agar ia kontak Mbak kelak, nginapnya di mana sich?”

“kamu ketahui kan seleraqu, jangan mengasal memberi nanti aqu sedih”

“garansi dech mbak”

Kumatikan HP sesudah beritahukan hotel dan kamarku, lantas aqu ke lobby sendiri, masih sore, pikirku sesudah menyaksikan arlojiku masih jam 21:00 tetapi cukup terlambat untuk makan malam. Lumayan banyak tamu yang makan malam, kuambil meja cukup sudut menghadap ke pintu hingga aqu dapat memperhatikan tamu yang masuk. Saat menanti order makanan aqu menyaksikan Pak Reza sedang makan bersama seorang temannya, karena itu kuhampiri dan kusapa ia.

“malam Bapak, apa kabarnya?” sapaqu sekalian menyalami ia

“eh Mbak Lily, kapan tiba, kenalin ini Pak Martin buyer kita yang akan meng-export barang kita ke Cina” menyambut Pak Reza, aqu menyalami Pak Martin dgn hangat.

“silakan duduk, masuk saja dgn kami, agar lebih ramai, siapa yang tahu kita tidak harus rapat esok” lelucon Pak Martin dgn ramah.

Itil V3
“terima kasih Pak, wah kebenaran kita berjumpa di sini, kan aqu nginap di hotel ini” jawabku lantas duduk gabung dgn mereka.

Kami juga bercakap enteng sekalian makan malam, sampai aqu tahu jika Pak Martin dan Pak Reza rupanya teman dekat lama yang selalu share dalam sukai dan duka, walaupun keliatannya Pak Reza lebih tua, menurut taksiranku sekitaran 45 tahun, sedangkan Pak Martin, seorang chinesse, mungkin umurnya tidak lebih dari 40 tahun, maksimal 37 tahun perkiraanku. Sesudah usai makan malam, aqu pesan red wine kegemaranku, sedangkan mereka pesan minuman lain yang aqu tidak terlampau lihat.

“Bagaimana dgn esok, everything is oke?” Bertanya Pak Reza

“Untuk Bapak aqu persiapkan yang khusus, jika tahu bapak ada di sini tentu kubawa proposalku barusan” kelakarku sekalian tersenyum melihat Pak Martin, sang cina tampan tersebut.

Tidak berasa jarum jam telah memperlihatkan jam 22:30, lumayan lama kita bercakap dan entahlah telah berapakah gelas red wine yang telah melaju membasahi kerongkonganku sampai kepalaqu cukup berat, tidak pernah aqu minum wine sekitar ini, dampak alcohol kelihatannya telah serangku. Tamu sudah tidak banyak di sekitar kami. Kupanggil waitres untuk menuntaskan pembayaran yang di charge ke kamarku.

Kamipun bergerak akan pulang saat tau-tau kepalaqu berasa berat dan tubuhku terhuyung ke Pak Martin, Pak Reza telah lebih dulu pergi saat Pak Martin merengkuh dan menuntunku ke lift ke arah kamar, aqu sendiri telah antara sadar dan tidak, saat Pak Martin ambil tas tanganku dan ambil kunci kamar lantas membuka.

Dgn berhati-hati Pak Martin merebahkan tubuhku di tempat tidur, dilepasnya sepatu hak tinggiku dan perlahan-lahan membenarkan posisi tubuhku, aqu sudah tidak ingat seterusnya.

Kesadaranku tau-tau muncul saat kurasakan dadaqu sesak dan ada kegelian bersatu nikmat antara putingku, kubuka mataqu dgn berat dan rupanya Pak Martin sedang menindih tubuhku sekalian mengulumi ke-2 putingku dengan berganti-gantian, tubuhku telah telanjang, entahlah kapan ia melepaskannya begitupun Pak Martin yang cuma menggunakan celana dalam.

Bukanlah berontak sesudah kesadaranku muncul tetapi justru mendesah kepuasan, kuremas rambut kepala Pak Martin yang tetap main di ke-2 buah dadaqu. Tangannya mulai permainkan selangkanganku, entahlah kapan ia mulai menyentuh tubuhku tetapi kurasakan kemaluanku telah basah, aqu Hanya mendesah desah dalam kepuasan.

“sshh.. eehh.. eegghh” desahku membuat Pak Martin semakin bernafsu, ia selanjutnya mencium bibirku dan kubalas dgn penuh nafsu. Kuraba selangkangannya dan kudapati benjolan mengeras dibalik celananya, lumayan besar pikirku. Sekalian berciuman, kubuka celana dalamnya. Ia hentikan kecupannya untuk melepaskan sampai telanjang, rupanya kemaluannya yang tegang tidak sedasyat yang aqu baygkan, walau diameternya besar tetapi tidak terlampau panjang, paling sepanjang genggamanku, dan kembali belum disunat, ada rasa sedikit sedih di hatiku, tetapi tidak kutunjukkan.

Ia menindih lagi tubuhku, diciuminya leherku sekalian permainkan lidahnya sepanjang leher dan bahuku, lantas turun dan berputar-putar putar di buah dadaqu, putingku tidak terlepas dari jilatannya yang garang, jilatannya lantas berpindah ke perut langsung ke paha dan permainkan lututku, rupanya jilatan di lutut yang tidak pernah kualami memunculkan kepuasan tertentu. Wilayah selangkangan ialah terminal paling akhir dari lidahnya, ia permainkan klitoris dan bibir kemaluanku sekalian jemari tangannya mulai mengocak kemaluanku.

“sshh.. eegghh.. eehhmm.. ya Pak..truss Pak” desahku rasakan kepuasan dari jilatan dan kocokan jemari Pak Martin. Pak Martin kembali lagi ke atasku, kakinya dikangkangkan di dadaqu sekalian memberikan kemaluannya, umumnya aqu tidak ingin mengulum kemaluan di kesempatan pertama, tetapi ini kali entahlah karena tetap terrpengaruh alcohol atau karena aqu terlampau terangsang, karena itu kuterima saja kemaluannya di mulutku. Kupermainkan ujung kepalanya dgn lidah lantas turun ke tangkai kemaluan, selanjutnya tidak lupa kantung bolanya dan paling akhir kumasukkan kemaluan itu ke mulutku, cukup kesusahan aqu mengulum kemaluannya karena tangkai itu besar.

Ia mengocak mulutku dgn kemaluannya sepanjang sesaat, cukup kerepotan aqu hadapi kocokannya untung, tidak berjalan lama. Pak Martin ada lagi antara kakiku, disapukannya kemaluannya ke bibir kemaluanku lantas menggerakkan tidak ada kesusahan bermakna sampai melesaklah kemaluan itu ke kemaluanku semua, aqu masih merasa banyak ruangan kosong pada bagian dalam kemaluanku walau pada bagian luarnya berasa penuh oleh besarnya tangkai kemaluan Pak Martin.

“ehh.. sshh.. eeghghgh” aqu mulai mendesah saat Pak Martin mulai mengocakkan kemaluannya, dgn cepat ia mengocakku seperti piston pada mesin mobil yang pancal gas, ada ketidaksamaan rasa atas kocokan pada kemaluan yang tidak disunat itu, gesekan pada dinding kemaluanku kurang greger, tetapi tidak kurangi kepuasan malah menambahkan pengalaman, tanpa ampun bokongnya naik turun di atas tubuhku sekalian menciumi leher tingkatanku, kurasakan kepuasan dari kocokannya dan kegelian di leherku.

Pak Martin meningkatkan tubuhnya dan bertopang pada lutut ia mengocakku, dgn posisi semacam ini aqu dapat menyaksikan expresi mukanya yang kemerahan dibakar gairah, terlihat sekali rona merah diwajahnya karena kulitnya yang putih tipikal orang cina, muka tampannya bersemu kemerahan. Kutarik mukanya dan kucium bibirnya karena gaungs, kocokannya semakin cepat dan keras, keringat telah membasahi tubuhnya walau belum kelamaan kami bercinta. Kugoygkan bokongku menyeimbangi pergerakannya, rupanya itu membuat ia membumbung ke atas dan menyemprotkanlah spermanya di kemaluanku, kepala kemaluannya kurasakan jadi membesar dan menekan dinding kemaluanku, renyutnya sampai berasa di bibir kemaluanku, lantas ia terkulai lemas sesudah menyemprot spermanya sampai habis.

Cukup sedih aqu dibikinnya karena aqu bahkan juga belum rasakan kesan yang semakin tinggi, terlampau cepat buatku, tidak lebih dari sepuluh menit.

“sorry aqu lebih dulu” bisiknya di telingaqu sekalian tubuhnya ditengkurapkan di atas tubuhku.

“tidak apa kok, nanti kembali” kataqu melipur diri kita, kudorong tubuhnya dan ia rebah disampingku, dipeluknya tubuhku, dgn masih tetap telanjang kami berangkulan, napasnya tetap menderu gemuruh.

Aqu berdiri ambil Marlboro putih dari tas tanganku, kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dgn keras untuk tutup kekecewaan diriku.

“I need another kontol” pikirku kalut

Kusaksikan di HP ada SMS dari Rio dgn pesan “namanya Rino, akan mengontak mbak, dari Rio”

Jarum jam telah memperlihatkan 23:20, bermakna lumayan lama aqu barusan tidak sadar diri hingga kemudian “dibangunkan” Pak Martin, kusaksikan Pak Martin telah lelap kelelahan, kupandangi ia, dgn bentuk tubuh yang cukup atletis dan muka yang tampan benar-benar sayg ia tidak dapat tahan lama, pikirku.

Kunyalakan Marlboro ke-2 untuk turunkan birahiku yang masih tinggi sesudah mendapatkan rangsangan yang tidak habis, lantas kucuci kemaluanku dari sperma Martin, jika tidak ingat jaga wibawa seorang boss, telah kuminta sang Andi temaniku malam hari ini, tetapi ketepis angan itu karena akan menghancurkan jalinan kerjaqu dgnnya.

Kulaygkan pandanganku keluar, berkilau lampu Kota Surabaya masih kukenali walau telah bertahun tahun kutinggalkan. Jika tidak ada Pak Martin mungkin telah kuhubungi Rio agar selekasnya mengirimi Rino kesini, tetapi aqu menjadi tidak sedap dengannya.

Saat akan kunyalakan tangkai rokok ke-3 , kudengar bel pintu mengeluarkan bunyi, cukup terkejut ada juga tamu malam malam ini, kuintip dari lubang lihat pada pintu, berdiri figur lelaki tegap dgn muka tampan engganteng Antonio Banderas, karena itu kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepas rantai pengamannya.

“mbak Lily? saya Rino temannya Rio” sapanya

Cukup kebingungan aqu, disatu segi aqu memerlukannya apalagi dgn performa ia yang demikian seksi sementara di lain sisi masih tetap ada Pak Martin di tempat tidur.

“Sesaat ya” kataqu tutup pintu kembali, terang-terangan aqu tidak tahu bagaimana tentukan sikap, sebetulnya aqu tidak berkeberatan layani mereka berdua justru itu yang aqu harap tetapi bagaimana dgn Pak Martin, relasi usaha yang baru beberapa saat yang lantas aqu mengenal, pasti aqu harus jaga citraqu sebagai seorang usaha wanita profesional, aqu kebingungan pikirkannya.

Cerita Lainnya:   Bersetubuh Dengan Pembantu Ku Yang Masih ABG

“kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Martin dari tempat tidur

“eh..anu..tidak kok Pak” jawabku terkejut cukup terbata

“jangan panggil Pak jika situasi ini, apalagi dgn apa yang barusan terjadi, panggil Martin atau Koh Martin saja, toh cuma sekian tahun lebih tua”

“iya rekan lama, tidak penting sich, tetapi jika bapak berkeberatan aqu suruh ia pulang agar esok ia ke sini kembali” kataqu

“ah tidak pa pa kok, rileks saja” jawabannya enteng.

Aqu buka lagi pintu tetapi aqu yang keluar menjumpai ia di muka pintu, sekarang kusaksikan terang bentuk tubuhnya yang tinggi dan atletis, usia paling banter 26 tahun, semakin menambah aqu kepanasan.

“dalam ada rekanku, katakan saja kamu rekan lama dan apapun itu yang terjadi kelak sukai atau tidak sukai kamu harus terima bahkan juga jika aqu mintamu untuk pulang tanpa melaqukan apa apa kamu harus nurut, esok aqu telephone kembali, aqu minta pengertianmu” kataqu pada Rino tegas.

“Tidak apa mbak, aqu ikutinya saja permainan Mbak Lily, aqu yakin sama Rio dan aqu orangnya easy going kok mbak, pintar bawa diri” ucapnya lantas kupersilahkan masuk.

Kusaksikan Martin tetap tiduran di tempat tidur dgn bertutupkan selimut. Aqu menjadi canggung antara dua lelaki yang baru kukenal ini sampai lupa memperkenalkan mereka berdua, basa basi kutawari Rino minuman, tau-tau Martin bangun dari tempat tidur dan dgn masih tetap telanjang ia ke kamar mandi. Aqu terkejut lantas menyaksikan ke Rino yang cuma dibalas dgn senyum nakal.

“wah ngganggu nih” celetukan Rino

“ah tidak sudah usai kok”jawabku singkat

“baru mulai akan kembali, kamu bisa tinggal atau ikut-ikutan atau pergi terserah kamu, tetapi itu bergantung sama Lily” teriak Martin dari kamar mandi, entahlah basa basi atau bergurau atau serius aqu tidak tahu.

“Rio sudah narasi sama aqu berkenaan mbak” bisik Rino perlahan agar tidak kedengar Martin.

Martin keluar kamar mandi dgn masih tetap telanjang, ia dekatiku menarikku dalam dekapannya lantas mencium bibirku, tanpa memedulikan kehadiran Rino ia merosotkan piyamaqu sampai aqu telanjang di muka mereka berdua. Kami berangkulan lagi dan berciuman, tangan Martin mulai menyentuh buah dadaqu, meraba-raba dan meremasnya. Kecupannya turun ke leherku sampai aqu mendangak kegelian, selanjutnya Martin mengulum putingku dengan berganti-gantian, kuremas remas rambutnya yang tenggelam di ke-2 buah dadaqu.

Kusaksikan Rino tetap duduk di atas bangku, entahlah kapan ia melepaskan pakaian tetapi sekarang ia cuma kenakan celana dalam mini merahnya, tonjolan dibaliknya benar-benar besar seolah celana dalamnya tidak sanggup memuat kebesarannya.

Tubuhnya demikian atletis tanpa lemak di perut menambahkan ke-sexy-annya. Menyaksikan potongan tubuhnya berahiku jadi cepat naik selain rangsangan dan serangan dari Martin di semua tubuhku, kupejamkan mataqu sekalian nikmati cumbuan Martin.

Saat jilatan Martin capai selangkanganku, kuraskan dekapan dan rabaan di ke-2 buah dadaqu dari belakang, kubuka mataqu rupanya Martin sedang repot di selangkanganku dan Rino ada di belakangku. Sekalian meraba-raba Rino menciumi tengkuk dan menjilat-jilati telingaqu membuat aqu menggeliat kegelian mendapatkan rangsangan atas bawah depan belakang dengan bersama, khususnya yang dari Rino makin menarik fokusku.

Mereka merebahkan tubuhku di tempat tidur, Martin masih tetap bergelut di kemaluanku sementara Rino berpindah mengulum putingku dari kiri ke kanan. Kugapai kemaluan Rino yang menegang, cukup terkejut merasakan realita jika kemaluannya lebih panjang, nyaris 2x punyai Martin walau batangnya tidak sebesar ia, tetapi memiliki bentuk yang lempeng di depan dan kepalanya yang besar membuat aqu makin ingin cepat menikmatinya, kukocok kocok untuk memperoleh kemelut maksimal dari kemaluannya. Martin mengubah tubuhku dan mintaqu di posisi doggie, Rino dengan automatis tempatkan dianya di depanku sampai posisi kemaluannya pas menghadap ke mukaqu tepatnya ke mulutku.

Untuk ke-2 kalinya Martin melepaskan kemaluannya ke kemaluanku dan secara langsung menyikat dgn keras sampai kemaluan Rino sentuh pipiku. Kuremas kemaluan itu saat Martin dgn nafsunya mengobok obok kemaluanku. Tanpa sadar karena dipengaruhi kepuasan yang diberi Martin, kujilati Kemaluan Rino dalam genggamanku dan pada akhirnya kukulum saat Martin menghentakkan tubuhnya ke bokongku, walau tidak sampai sentuh dinding paling dalam kemaluanku tetapi kurasakan kepuasan untuk kepuasan pada tiap kocokannya. Kukulum kemaluan Rino dgn nafsu segairah kocokan Martin padaqu, Rino menggenggam kepalaqu dan menekan dalam dalam hingga kemaluannya masuk lebih dalam ke mulutku walau tidak semua tertancap di dalamnya. Sekalian mengocak tangan Martin meraba-raba punggungku sampai ke dadaqu, sedangkan Rino tidak pernah memberikan kesempatan untuk melepas kemaluannya dari mulutku.

“eegghhmm.. eegghh” desahku dari hidung karena mulutku mampet kemaluan Martin.

Selang beberapa saat Martin hentikan kocokannya dan mengeluakan kemaluannya dari kemaluanku walau belum kurasakan orgasmenya, Rino lantas gantikan posisi Martin, dgn gampangnya ia melepaskan kemaluannya sampai masuk semua karena batangnya lebih kecil dari kemaluan Martin, sekarang ini kurasakan dinding sisi dalam kemaluanku terjamah, ada hati mengelitik saat kemaluan Rino menyentuhnya. Ia segera mengocak perlahan-lahan dgn penuh hati seolah menikmatai gesekan untuk gesekan, lama-lama semakin cepat, tangannya menggenggam pinggangku dan menariknya bersimpangan dgn pergerakan tubuhnya hingga kemaluannya semakin masuk ke dalam saat isi rongga kemaluanku yang gagal berisi oleh kemaluan Martin.

Ada kepuasan yang berlainan di antara Martin dan Rino tetapi ke-2 nya hasilkan kesan yang hebat padaqu sekarang ini. Lumayan lama Rino menyikatku dari belakang, Martin entahlah ke mana ia tidak ada di depanku, mungkin ia menurunkan gairahnya agar tidak orgasme lebih dulu.

Rino lantas membalikku, sekarang aqu terlentang di depannya, ditindihnya tubuhku dgn tubuh sexy-nya lantas ia lagi masukkan kemaluannya, dgn sekali dorong amblaslah ketelan kemaluanku, dgn cepat dan keras ia mengocakku, kemaluannya yang keras dgn kepala besar seolah mengeduk aduk isi kemaluanku, aqu mendesah tidak ketahan rasakan kepuasan yang kudapat.

“eehh..yess..fuck me hard..yess” desahku mulai ngaco terima pergerakan Rino yang eksotis tersebut. Sekalian mendesah kupandangi muka ganteng Antonio Banderas-nya yang menurut taksiranku tidak lebih dari 26 tahun, membuat aqu semakin kelojotan dan tergila edan dibikinnya. Kusaksikan Martin berdiri dari sisi Rino, pandangan mataqu tertuju pada kemaluannya yang terbungkus kondom yang menurutku aneh, ada accessories di pangkal kondom itu, kelihatannya ada kepala di pangkal kemaluannya. Kusaksikan ia dan ia membalasnya pandanganku dgn pandangan dan senyuman nakal.

Ditepuknya bahu Rino sebagai kode, cukup sedih saat Rino menarik keluar kemaluannya ketika saat aqu menikmatinya dgn penuh gairah. Tetapi kekesalan itu tidak berjalan lama saat Martin gantikan tempatnya, demikian kemaluannya mulai melesak masuk ke tidak kurasakan bedanya dari awal sebelumnya tetapi demikian kemaluannya masuk semua mulai dampak dari kondom berkepala itu kurasakan, rupanya kepala kondom itu langsung menggesek gesek klitorisku saat Martin menusuk tajam ke kemaluanku, klitorisku seperti pada gelitik gelitik saat Martin mengocak kemaluanku, sesuatu pengalaman baru buatku dan kurasakan kepuasan yang aneh tetapi demikian penuh nafsu.

Martin rasakan kemenangan saat tubuhku menggeliat nikmati kesannya. Rino mengulum lagi putingku dari 1 ke satunya, lantas tubuhnya naik ke atas tubuhku dan mekangkangkan kakinya di kepalaqu, diberikannya kemaluannya ke mulutku, aqu tidak dapat menampik karena tempatnya pas ke arah mulut, kucium wewangian kemaluanku tetap melekat di kemaluannya, langsung kubuka mulutku terima kemaluan tersebut. Sementara kocokan Martin di kemaluanku semakin mengganas, kepuasannya tidak terkirakan, tetapi aqu tidak sebelumnya sempat mendesah karena direpotkan kemaluan Rino yang masuk keluar mulutku. Aqu terima dua kocokan bersama di atas dan di bawah, membuatku kerepotan terima kepuasan ini.

Sesudah lumayan lama mengocakku dgn kondom kepalanya, Martin menarik keluar kemaluannya dan melepas kondomnya lantas ditempatkannya lagi ke kemaluanku, selang beberapa saat kurasakan renyutan dari kemaluan Martin yang tertancap di kemaluanku, renyutannya seolah memelarkan kemaluanku karena berasa demikian jadi membesar saat orgasme membuatku susul beberapa menit selanjutnya, dan kugapailah kepuasan pucuk dari permainan seks, sekarang aqu dapat memperoleh orgasme dari Martin. Tahu jika Martin sudah memperoleh kepuasannya, Rino bergerak gantikan posisi Martin, tetapi itu tidak lama, ia mintaqu untuk di atas dan kuturuti permohonannya.

Rino lantas terlentang di sampingku, kunaiki tubuhnya dan kuatur tubuhku sampai kemaluannya dapat masuk ke dalam kemaluanku tidak ada kesusahan bermakna.

Aqu langsung mengocak kemaluannya dgn pergerakan menaik turunkan bokongku, buah dadaqu yang menggantung di depannya tidak terlepas dari jamahannya, diremasnya dgn penuh nafsu bersamaan dgn kocokanku. Pergerakan pinggangku mendapatkan perlawanan dari Rino, semakin ia menantang semakin dalam kemaluannya menancap di kemaluan dan semakin tinggi kepuasan yang kudapat. Karena nafsuku belum turun banyak waktu meraih orgasme dgn Martin, karena itu selang beberapa saat kugapai kembali orgasme selanjutnya dari Rino, renyutanku seakan meremas remas kemaluan Rino di kemaluanku.

“OUUGGHH.. yess.. yess.. yess” teriakku

Rino yang belum capai pucuknya semakin cepat mengocakku dari bawah, tubuhku roboh di atas dadanya, sekalian masih tetap mengocakku ia merengkuh tubuhku dgn kuat, sekarang aqu Hanya dapat mendesah di dekat telinganya sekalian kadang-kadang kukulum. Tidak berapakah lama selanjutnya Rino juga capai pucuknya, kurasakan semburan sperma dan renyutan yang keras di kemaluanku khususnya kepala kemaluannya yang jadi membesar sampai isi semua kemaluanku.

“oouuhh..yess..I love it” teriakku saat rasakan orgasme dari Rino.

Kurasakan delapan atau sembilan renyutan keras yang diikuti renyutan yang lain yang menurun sampai lenyap dan lemaslah tangkai kemaluan di kemaluanku tersebut.

Kami berangkulan sesaat, kucium bibirnya dan aqupun bergulir tiduran di sebelahnya, Rino memiringkan tubuhnya menghadapku dan menumpangkan kaki kanannya di tubuhku sekalian tangannya ditumpangkan di buah dadaqu, kurasakan embusan napasnya di telingaqu.

“mbak Lily benar-benar luar biasa” bisiknya perlahan di telingaqu.

Aqu cuma melihatnya dan tersenyum penuh kepuasan. Lumayan lama kami termenung dalam kesunyian, seakan merenung dan nikmati apa yang barusan terjadi.

Pada akhirnya kami dikejutkan bunyi “beep” 1x dari arloji Rino yang bermakna telah jam 1 malam.

“Rino, kamu nginap sini ya nemenin aqu ya, Koh Martin jika tidak berkeberatan dan tidak ada yang geram di dalam rumah kuminta turut nemenin, bagaimana?” pintaqu

“Dgn suka hati” jawabannya senang, Rino cuma menggangguk sekalian mencium keningku.

Kami bertiga tiduran di tempat tidur, kumiringkan tubuhku menghadap Martin, kutumpangkan kaki kananku ke tubuhnya dan tanganku merengkuh tubuhnya, sedangkan Rino merengkuhku dari belakang, tangannya menggenggam buah dadaqu sementara kaki kanannya ditumpangkan ke pinggangku.Selang beberapa saat kami tertidur dalam kelelahan dan penuh masa lalu, aqu ada ditengah-tengah antara dua lelaki yang baru kukenal beberapa saat yang kemarin.

Entahlah berapakah lama kami tidur dgn posisi semacam itu saat kurasakan ada suatu hal yang mengelitik kemaluanku, kubuka mataqu untuk menepiskan mengantuk, rupanya Rino berusaha masukkan kemaluannya ke kemaluanku dari belakang dgn posisi semacam itu. Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberikan keringanan kepadanya, lantas ia lagi melepaskan kemaluannya ke kemaluanku, aqu tetap tidak melepas dekapanku dari Martin sementara Rino mulai mengocakku dari belakang dgn perlahan-lahan sekalian meremas remas buah dadaqu. Tanganku berpindah ke kemaluan Martin dan mengocaknya sampai berdiri, tetapi anehnya Martin tetap pejamkan matanya, sepuluh menit selanjutnya Rino kurasakan renyutan kuat dari kemaluan Rino tanda ia orgasme, tanpa melihat ke Rino aqu meneruskan tidurku, tetapi rupanya Martin telah bangun, ia mintaqu menghadap ke Rino mengganti ia yang mengocakku dari belakang seperti barusan sekalian aqu merengkuh tubuh Rino dan memegang kemaluannya yang mulai melemas.

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Rasa Terima Kasih Telah Memuaskanku Maya

Berlainan dgn kocokan Rino yang perlahan-lahan, Martin melaqukan kocokan dgn keras dibarengi remasan kuat di buah dadaqu sampai kadang-kadang aqu menjerit dalam kepuasan, lumayan lama Martin mengocakku sampai aqu alami orgasme kembali beberapa menit saat sebelum ia merasakannya, selanjutnya kami meneruskan tidur yang terputus.

Kami terjaga sekitaran jam delapan saat telephone mengeluarkan bunyi, kuangkat dan rupanya dari Andi.

“pagi bu, sudah bangun?” tanyanya dari seberang

“pagi Andi, untung kamu bangunin jika tidak dapat ketinggal rapat nih, oke kita bertemu di bawah jam 9, tolong di mengatur tempat meetingnya, mencari yang bagus” jawabku memberikan perintah

“kelar bu” jawabannya

“Martin, aqu ada rapat dgn Pak Reza jam 10, kamu bagaimana?” tanyaqu

“lho meetingnya kan keduanya sama aqu” jawab Martin

“oh iya? ia tidak pernah narasi tuch, ia Hanya katakan meetingnya di antara aqu, ia dan seseorang kembali partnernya”

“oke anyway, aqu tidak ingin tiba ke arah tempat rapat dgn baju yang sama dgn tempo hari”

“Mari mandi lantas kita mencari baju di bawah” kataqu

“Rino, kamu bisa tinggal di sini atau pergi, tetapi yang terang aqu kelak memerlukanmu sesudah rapat” kataqu sekalian ke arah kamar mandi susul Martin yang mandi lebih dulu.

Kami berdua mandi di bawah pancuran air hangat, kami sama-sama menyabuni keduanya, ia merengkuhku dari belakang sekalian meremas remas buah dadaqu dan menjilat-jilati telingaqu, kuraih kemaluannya dan kukocok, tubuh kami yang tetap berbuih sabun sama-sama menggesek licin, rupanya membuatku lebih erotis dan terangsang. Tanpa menanti semakin lama kuarahkan angkat kaki kananku dan arahkan kemaluannya ke kemaluanku, dgn kemelutnya ditambahkan air sabun karena itu gampang untuknya untuk masuk ke, Martin langsung menanamkan sedalam ia dapat. Pancuran air panas membasahi tubuh kami berdua lebih romantis rasanya, tetapi itu tidak berjalan lama saat Martin menyemprot spermanya dalam kemaluanku, tidak banyak dan tidak kuat memang tetapi cukup untuk mengawali ini hari dgn dgn penuh nafsu.

Sesudah mandi aqu kenakan pakaian kerja sah, entahlah kenapa kupilih baju yang sah tetapi rileks, karena mungkin dipengaruhi hatiku yang kembali bernafsu karena itu tanpa bra kukenakan tank hebat dan kututup dgn blazer untuk tutupi putingku yang mencolok dibalik tank top-ku, lantas kupadu dgn rok mini hingga cukup terlihat sah, aqu merasa seksi dibikinnya.

Kutinggalkan amplop berisi uang di atas meja dan kucium Rino.

“Jika kamu ingin mau keluar ada uang di atas meja, mengambil saja nanti aqu kontak kembali, jika ingin tinggal up to you be my guest” bisikku yang dibalas kecupan dan remasan di buah dadaqu.

Jam 9:15 kami keluar kamar, bersama dgn Andi keluar kamarnya pas saat aqu keluar bersama Martin dan Rino memberikan kecupan di muka pintu, ia melihat ke kami tetapi selekasnya mengalihkan mukanya ke lain seakan tidak menyaksikan, tetapi aqu percaya ia menyaksikannya.

“Morning Andi” sapaqu

“eh morning Bu, ruangan rapat telah aqu mengatur dan semua document telah saya persiapkan, copy file-nya berada di netbook ibu” jawabannya memberikan laporan saat kami ke arah lift.

“Thanks Ndi” jawabku singkat.

Kami bertiga termenung di lift, aqu yang umumnya banyak berbicara cairkan situasi menjadi kaqu dan salah kelakuan, tetap pikirkan apa yang berada di pikiran Andi jika aqu keluar kamar dgn seorang lelaki dan ada lelaki yang lain di kamarku, ah bedebah pikirku, karena sangat kikuknya sampai aqu lupa memperkenalkan Martin pada Andi. Dalam kebekuan kuamati Andi dari baygan di cermin lift, baru kusadari jika sebetulnya Andi memiliki muka ganteng dan berwibawa, walau umurnya baru 27 tahun tetapi keteguhan terlihat di kerut mukanya. Sedikit semakin tinggi dariku tetapi karena aqu gunakan sepatu hak tinggi, karena itu sekarang aqu semakin tinggi darinya, bentuknya tubuhnya cukup seimbang karena ia kerap narasi jika fitness dengan teratur 3x satu minggu, aqu baru sadar jika sejauh ini aqu tidak pernah menyaksikan Andi sebagai seorang lelaki, tetapi lebih ke pandangan seorang Bos pada anak buahnya.

Di luar sangkaan, Andi rupanya mendapatiku waktu memperhatikannya, pandangan mata kami berjumpa di refleksi cermin.

“Ting”, untunglah lift terbuka, aqu selekasnya keluar menghindari pandangan Andi, kami segera breakfast sesudah lebih dahulu carikan Martin baju dan dasi alternatif, walau Shopping Arcade belum juga membuka karena terlampau pagi, tetapi dgn sedikit desakan pada akhirnya mereka ingin layani kami.

“Eh Bu Lily, saya kok belum sempat dikenaln dgn Mas ini” Bertanya Martin berlaku sah, mengingatiku akan kekonyolanku pagi hari ini.

“Oh ya, Andi, ini Pak Martin, clien dari Pak Reza yang akan jual produk kita ke Cina yang bermakna Clien kita , dan kelak Pak Martin akan masuk dgn kita di rapat” kataqu yang disongsong juluran tangan Martin ke Andi.

“Pak Martin, Andi ini salah satunya ajudan saya, dia yang in charge kelak, walau baru 2 tahun turut saya tetapi perasaan usahanya bisa ditest” lanjutku beri pujian Andi, itu biasa kulaqukan untuk membesarkan rasa optimis anak buah sekalian agar

clien lebih confident.

Ini ialah breakfast terlama yang sebelumnya pernah aqu alami, serba salah kelakuan dan yang tentu aqu tidak berani melihat Andi, entahlah kenapa. Untunglah Martin dapat cairkan situasi bengan beragam joke-nya.

Bertiga kami masuk ke dalam ruangan rapat yang telah di reservasi Andi, rupanya nyaman situasinya, tidak sama ruangan rapat biasa yang kaqu dan membosankan.menjengkelkan, tetapi lebih berkesan memiliki nuansa rileks tetapi serius, Rapat table bundar dgn dikitari 6 bangku putar, sedangkan dipojokan ada sofa dan meja kecil, di ujung yang lain ada tea set komplet dgn electric kettle.

Aqu dan Andi duduk berdekatan mempersiapkan document di atas meja, kuletakkan netbook di depanku, Pak Martin duduk di samping kiriku.

“Ndi tolong hidupkan netbook, aqu ke toilet sesaat” kataqu sekalian tinggalkan mereka berdua. Kuhabiskan sebatang Marlboro di toilet untuk hilangkan kemelutku dan kurapikan pakaian dan make-up ku.

Pak Reza telah ada di ruang didampingi dgn wanita yang muda dan elok saat aqu kembali lagi ke ruang rapat.

“Pagi Pak Reza, pagi Bu” sapaqu sekalian menyalami mereka berdua

“Pagi Mbak Lily, anda terlihat elok pagi hari ini” kata Pak Reza

“memang sejauh ini tidak elok” jawabku

“Lily” sapaqu pada wanita dari sisi Pak Reza sekalian ulurkan tangan

“Lisa” jawabannya sekalian tersenyum manis

“bukan demikian, tetapi pagi hari ini lebih elok dan ceria”

“Oh Mbak Lisa, sejauh ini kita cuma berjumpa melalui telephone dan faximile” kataqu kembali

“dan saat ini berikut ia orangnya” lanjut Pak Reza.

Rupanya Andi belum menghidupkan netbookku, cukup geram aqu menyaksikan ia tidak melakukan perintahku, karena itu dgn mata melotot ke arahnya kuambil kembali netbookku dari hadapannya lantas kunyalakan. Begitu kagetnya aqu saat netbook itu berpijar, terlihat di monitor netbookku seorang wanita sedang terlentang terima kocokan di kemaluannya sementara mulutnya mengulum kemaluan ke-2 dan tangan satunya menggenggam kemaluan ke-3 , aqu baru tersadarkan jika saat sebelum pergi dari kantor tempo hari sebelumnya sempat buka koleksi pic yang ada netbook-ku dan karena buru buru mungkin waktu mematikan netbook bukan “shut down” yang aqu tentukan tetapi “stand by”. Mukaqu merah dibikinnya, untung tidak ada yang memerhatikan, langsung aqu “rebooting”, kulirik Andi tetapi ia mempersiapkan dokumen dan tidak memerhatikanku, pantesan ia segera mematikannya, pikirku. Aqu menjadi lebih salah kelakuan pada Andi, tetapi selekasnya aqu kembali fokus untuk rapat ini.

Rapat diawali dgn presentasi Andi dan dilaqukan bertanya jawab, malah yang banyak menanyakan ialah Lisa dan itu dilayani dgn cekatan oleh Andi, sedangkan aqu Hanya terkadang saja memperkuat opini Andi atau menolongnya membuat keputusan untuk terima atau verifikasi, ini kulaqukan agar semakin memberikan keyakinan Lisa atau Pak Reza selain untuk membesarkan rasa optimis pada Andi. Cukup keras perbincangan di antara mereka berdua, tetapi aqu tidak ingin menambahi saat sebelum ia betul-betul kedesak. Aqu takjub sama Lisa yang elok tetapi mahir dalam perundingan.

Sesudah permasalahan tehnis dan kontrak usai sampai juga pada permasalahan harga dan itu ialah pekerjaanku dgn Pak Reza, dgn sejumlah alternative harga yang aqu menawarkan pada akhirnya diraihlah persetujuan.

“Ndi, kamu koreksi dan di print di Business Center agar dapat diberi tanda tangan saat ini , janganlah lupa materei-nya” perintahku

“baik bu”jawabannya lantas ia keluar sekalian bawa netbookku beberapa dokumen yang dibutuhkan.

Kupesan champagne rayakan bekerja sama ini saat Andi telah tinggalkan ruang.

“Selamat Mbak Lily mudah-mudahan sukses dgn bekerja sama kita ini” Pak Martin menyalamiku sekalian mencium ke-2 pipiku.

Aqu menyalami lantas merengkuh Lisa dan tempelkan pipiku kepadanya.

“Anda demikian luar biasa dalam perundingan” kataqu

Tanpa kuduga ia menjawab berbisik di telingaqu.

“terima kasih, Pak Reza tahu lho apa yang terjadi semalam pada tempat Ibu”

“oh iya? apa itu”jawabku terkejut

“Pak Martin bermalam pada tempat mbak” ucapnya perlahan mengagetkanku

“dan seseorang cowok kembali” sambungnya

Kulepas dekapannya dan kupandangi Lisa yang tetap terlihat polos itu, lantas pandanganku berpindah ke Martin sebagai protes, tetapi ia cuma mengernyitkan kening dan mengusung pundak saja sekalian senyuman.

Tidak sebelumnya sempat terbengong semakin lama, Pak Reza menyalamiku

“Selamat untuk bekerja sama kita” ucapnya sekalian menyalamiku dan tidak kusangka kira ia tarik badanku ke dekapannya

“I know what you did last night” ucapnya sekalian memperkuat dekapannya dan mengelus elus punggungku.

Aqu tetap terheran tidak memberi respon perkataan atau perlakuan Pak Reza, tetapi kurasakan buah dadaqu tertekan di dadanya saat ia merengkuhku kuat.

“Pak Reza beberapa orang, malu ah” jawabku perlahan

“beberapa orang? ini kan kita kita ” jawabannya tanpa melepaskan dekapannya tetapi justru meremas bokongku

Kulirik Pak Martin, ia cuma bediri di sudut menyaksikan kami, sedangkan Lisa justru merapat ke Pak Martin.

“Silahkan kita merayakan bekerja sama ini dgn penuh pertemanan” bisiknya sekalian mencium pipi dan bibirku bersama dgn tangannya membuka rok miniku sampai ke pinggang, aqu percaya Lisa atau Martin dapat menyaksikan celana dalam mode “Thong” yang cuma ada penutup segitiga kecil di muka, sampai tentu mereka telah menyaksikan bokongku.

Kecupan Pak Reza telah tiba di leherku, dilepasnya blazer yang tutupi sisi luarku sampai terlihat tank hebat pink yang kukenakan dibaliknya. Dgn cuma kenakan tank hebat, karena itu tampaklah putingku yang mencolok di belakangnya.

Sebetulnya aqu bisa jadi menampik cumbuan Pak Reza jika ingin, tetapi menyaksikan pandangan Pak Reza yang penuh wibawa dan mukanya yang galak tegas membuat aqu kalah dalam dekapan dan kecupannya. Bukan ketaqutan permasalahan usaha, aqu percaya sebagai seorang profesional ia dapat membandingkan di antara usaha dan individu, tetapi memang pada pokoknya aqu ingin dicumbunya.

Kusaksikan Pak Martin telah berciuman dgn Lisa sementara tangannya meremas remas buah dada Lisa yang montok tersebut.

Category: CERITA SEX
cersex ibu ibu cersex bibi cersex pijat cersex santri cersex ibu selingkuh cersex ibu binal

Related video