Cersex Mertua – Narasi Seks Peerkasanya Tetangga Komplek Perumahan – Tetangga gagah, narasi seks perkasanya tetanggaku, narasi seks ngentot dengan tetangga komplek, narasi cabul sama tetangga gagah, narasi birahi tetangga. Saya Sintia, saya tinggal disatu komplex perumahan. saya kerja sebagai karyawati disatu perusahaan asuransi jiwa paling besar di sini. Saya resminya sang dah nikah, tetapi dah ampir dua tahun kosong terus. Suamiku punyai usaha yang cukup sukses, ia benar-benar memperdalam kerjanya, hingga jelaslah kalau sukses pada sisi materi. Hanya ia tu benar-benar workaholik hingga pekerjaan jadi istri pertama kalinya sedang saya istri yang tidak tahu dech ke brapa. waktunya setelah untuk mengurusi kerjanya, setiap hari terlarut malem baru pulang, akhir pekan seringkali mengurus kerjanya dibanding ngegelutin saya, tidaklah aneh dech kalau saya kosong trus dan dua tahun dikawinin .
Teman2 kantor sukai ngeledekin saya jablay, ya memang bgitulah ada, saya hanya senyuman ja kalau diledekin begitu, walau sebenarnya saya menggebu2 tunggu siapakah yang mo blay saya, tetapi saya malu untuk memulai lebih dulu. teman2 lelaki di dalam kantor sang banyak yang oke punyai, tetapi ya itu, saya mulai untuk ide lebih dulu dan teman2ku sopan2 sekali untuk ajakku mengarah yang nikmat tersebut. Jadilah jablayku berkelanjutan.
Tetangga gagah, narasi seks perkasanya tetanggaku, narasi seks ngentot dengan tetangga komplek, narasi cabul sama tetangga gagah, narasi birahi tetangga
Narasi Seks Perumahan Kalau akhir pekan, saya sukai jalan pagi ma teman deketku di komplex rumah, ia sukai ngasuh anjingnya, tidak tahu dech ras apa, bagus sang anjingnya, besar, bulu-bulunya panjang2 tetapi bukan herder atawa doberman. Saya taunya hanya 2 ras anjing itu saja, yang laennya walahualam bisawab. Sebetulnya saya takut ma anjing besar begitu, tetapi kayanya sang tidak galak. hanya kalau bertemu ia sukai menciumi kakiku dan terkadang menjilat betisku, saya sukai menggeliat dijilat begitu, sayang anjing yang ngejilatin hihi. Kerap sang kalau kembali jalan pagi ma temanku saya ktemu ma tetanggaku selang satu rumah dari rumahku. Tu bapak rajin jalan pagi, umurnya 40an kayanya sang, seumuran misua gitulah, hanya simak tubuhnya tegap atletis, tampan juga, senang ja saya ngelihatnya. Coba ja ia ingin blay saya, hihi ngarep model on ni ye. Kalau ktemu hanya berhai hai basa basi begitu. Saya manggil ia pak dan ia manggil saya bu, resmi sekali ya.
Sampai satu pagi akhir pekan, dah jelas sang, saya terlambat keluar dari rumah hingga tidak ktemu temanku kembali. Memang sang temanku umumnya jalan masi gelap. Saat jalan dimuka rumah sang bapak, ia keluar dari rumah. “Mo jalan pagi ya bu, kok siang?” sapanya. “Iya ni pak, kesiangan, bapak tumben siang”. “Iya simak ibu jalan ndirian ya karena itu saya kluar , jalan bersama yok”. “Oke pak. Manggil saya Sintia saja dech pak, jangan bu sgala, kan Sintia masi muda blon ibu2”. “Iya, masi muda, elok, seksi”. “Masak sang pak, tubuh kecil begini, apa sexynya”. “Ya sexylah Sin, agar kamu imut tetapi kan bodi kamu seimbang sekali, itu namanya seksi “. Saya senang ja disanjung begitu, soale yang di rumah tidak perna muji saya. “Tersanjung ni Sintia pak”. “Tidak nyanjung kok, memang realitanya begitu.
Kamu kok tidak perna kliatan misuanya Sin”. “Ia repot sekali pak, jarang-jarang di rumah dech”. “Wah jablay donk ya”. “Iya ni, teman2 kantor katakan begitu. Bapak ndiri kok lebi kerap kliatan di rumah, kerjanya dari rumah ya pak”. “Saya mitra ma temanku, ia yang operasional, menjadi saya skali2 ja kekantor kalau mo miting atao ada kepentingan usaha laennya”. “Wah sedap donk pak, masi muda dah dapat rileks, setiap bulan tinggal nrima berjut jut ya pak, bole tu dibagi ke Sintia”. “Ia ketawa saja, “Jut jut panya”. “Iya ya masak hanya jut2, beberapa ratus jut semestinya”. “wah itu mah tidak satu bulan lah Sin.
Trus kamu ngapain ja kalau malem”. “Ya bengong ndirian ja pak, pulang, makan, beberes, simak tv trus bo2, mo ngapain kembali”. “Bosen donk ya”. “Sekali, bapak ndiri pa tidak bosen di rumah terus”. “Saya sang ada ja yang dikerjain, kan pekerjaan kantor sukai dikirimkan pengantar ke rumah”. “Kayanya bapak ndirian di rumah ya”. “Iya sang, keluarga tidak mo dibawa kesini, menjadi ya pisah rumah dech, paling satu bulan sekali saya ke sana”. “Di mana sang pak kluarganya”. Ia mengatakan satu kota. “Oh tidak jauh donk”. “Iya sang, tetapi kalau nglaju setiap ari mah cape lah, palagi macetnya itu lo”. “wah serahkannya satu bulan sekali donk pak”. “Serahkan paan”. “Ya serahkan uang dan serahkan yang satu itu”, menyengaja saya mancing2 ia.
“Yang satu paan sang”. “Pura2 tidak tahu ja ni sibapak”. “betulan tidak tahu tu”. “Masak sang, Sintia menjadi malu ni bicaranya”. “Kok malu, kan masi pakai pakaian, kalau bugil baru malu, apa tidak ya”. Kami ketawa saja. “masak bugil tidak malu sang pak, kalau dikamar ya tidak, tetapi kalau depan bapak ya malu lah”. “Kok malu, coba bugil, nanti saya blay”, ia ketawa, wah ia mulai anget neh bicaranya. “Mangnya bapak mo simak Sintia bugil dimuka bapak, trus kelak disetubuhi kembali”. “Kan kamu penginnya kan”. “Ya tidak lah pak, masak disetubuhi, yang romantis2 begitu donk”. “Betulan ingin yang romantis? saya ingin kok”. Wah dah menyambung ni ngomongannya, tetapi saya masi jual mahal.
“Nanti bapak sedih kembali kalau dah simak Sintia bugil”. “Kayanya sang tidak, simak di luar ja dah seksi begini, palagi kalau dibugilin”, ia menggamit tanganku dan ajakku pulang. wah dah tidak metahan ia ternyata. “Pak, nanti dilihat tetangga, masak kita gandengan”. Ia melepas gandengannya. “Kita keluar saja yok, jangan dirumahlah kalau mo bertelanjang riang”. Saya diem saja, wah peristiwa ni, asyik. “Mangnya bapak mo ngajak Sintia ke mana”. “Kevila saja yok, punyai temanku, jarang-jarang sekali ditinggalin, tidak jauh kok”. Saya hanya ngangguk. Sampai di rumah kita janjian ktemu digerbang komplex saja agar tidak menyolok pergi bersama. Saya masuk ke rumah beberes ja, saya membawa bikiniku dan seperangkatan pakaian mengganti dan dalemannya, kosmetik enteng saya masukkan ke tas kecilku.
Saya memang riasnya yang simel2 saja hingga tidak banyak perlu kosmetik, irit kan menjadi prempuan kaya saya. Deket rumahku ada ojek mangkal, selekasnya saja saya meminta tukang ojek nganter saya keluar komplex. Di luar gerbang komplex, kusaksikan mobil sang bapak dah tunggu. saya turun dari ojek dan bayar biayanya. Sesudah percaya tidak da yang memerhatikan saya selekasnya saya menyelusup masuk mobilnya. “Membawa apaan tu Sin”. “Pakaian mengganti pak”. “Mangnya perlu pakai pakaian ya”. “Ih sang bapak”, kataku manja sekalian mencubit lengannya. “Kita mencari makan pagi dahulu ya Sin”. “terserah bapak saja dech”. “Manggilnya jangan bapak lah, resmi amir”. “Kok tidak hasan pak”. Ia ketawa, tahu tujuanku apa dengan hasan. “Setelah perlu manggil apa, om dech ya, kan om lebi tua dari Sintia”. Ia senyuman2 ja dengarnya.
Ia ngajak saya singgah di warung bubur ayam. “sebelumnya pernah makan bubur dimari Sin”. “Blon perna om, om tahu saja tempt makan sedap”. “ya harus tahu lah”. Memang sedap sekali bubur ayamnya, sesudah makan ia ngajak saya ke mini pasar deket warung bubur ayam itu, membeli cemilan, mi nstan, minuman dan kepentingan divila. Ucapnya sang vilanya tidak da papanya. “Makanan membeli disitu saja ya, deket situ ada warung sunda kok, sedap makanannya”. “mengatur saja dech om”. Mobilpun mluncur ke arah tekape. Di jalan saya bergurau2 ja ma sang om, ia humoris hingga saya sukai terpingkal2 dengar guyonannya yang vulgar2 tersebut. Tangannya kerap ngelus2 pahaku yang masi dilapis jins ketat. “Dah tidak sabar ya om”. Ia hanya senyuman sekalian mencubit perlahan pahaku, hingga saya menggeliat.
Sesampai saya disitu, hari telah melalui tengah hari. “Kita mencari makan dahulu yok say”. “Kok say sang om”. “Iya saya kan sayang ma kamu”. “wah senangnya disayang ma lelaki tampan”. “Mangnya saya tampan ya say”. “Sekali, dibandingkan ma yang di rumah. Body om asyik kembali, tidak krempeng”. “Bwahnya asyik kok say”. saya senyuman saja sekalian membayangkan kaya apa kontolnya kalau dah ngaceng, menjadi horny dech. Warung yang disebut sibapak sediakan makanan prasmanan, serba sunda, makan tinggal nyomot2 lauknya saja. Kenyang sekali dech kalau maen ambil makanan, setelah smuanya kliatannya sedap sang. Sang bapak bayar bil makanannya dan selekasnya melaju ke vila temannya. Gerbangnya tertutup, sang bapak membunyikan klakson 4 kali, dari kembali gerbang ada bapak2 tua, ia manggut ke bapak dan membuka gerbangnya. Bapak tua tu yang bersihkan dan nungguin vila. “Dah kelar semua gan, makanan ada di atas meja, saya pamit dahulu ya gan”. Sang bapak kusaksikan menyisipkan uang warna merah 2 helai ke tangan sang bapak. “terima kasih banyak pak”. Tu bapak tua selekasnya tutup gerbang vila dan tinggallah kami berdua disana.
Vilanya tidak besar, halaman mukanya kecil, tetapi cukup buat memuat 2 mobil, pager tinggi memutari bangunan. Tetapi pada bagian belakangnya luas sekali, disanggupi pohon-pohonan rimbun, bahkan juga ada pool yang lumayan besar. ada banyak payung di tepi pool dan ada saung yang disanggupi taneman menjalar, romantis sekali situasinya. Dipojokan halaman di tempat yang cukup tertutup kusaksikan ada mesin pencuci pakean dan rack buat ngejemur pakean. Ruangan dalam sebra minimalis, ada ruangan besar yang berperan sebagai ruangan keluarga dan kamar makan komplet denga perlengkapan audiovisual dan almari es dan dispenser, dapur dengan perlengkapan mengolahnya, dan 2 ruang tidur besar dengan kamar mandi didalem. Kamar mandinya serba alami, ada gentong dengan ciduk batok kelapa, wastafel dan kaca dandan. Ada pula shower di bagian kamar mandi yang terbuka. Kamar mandinya rupanya menyambung dengan pool ada di belakang. Efektif sekali ngatur pembagian lahannya, setelah brenang dapat bebersih di dalam kamar mandi, masuk langsung kamar, begitu kali tujuannya ya. Kusaksikan di atas meja makan telah terhidang sajian ala-ala sunda , karena telah makan ya buat nanti malem saja. Ada microwave oven hingga tidak repot kalau mo ngangetin.
Selekasnya saya ke arah kolam renang. “Say, kamu membawa bikini tidak, tuker dahulu gih sana”. saya ambil bikiniku dan selekasnya ke arah kekamar mandi. Saat keluar berbikini riang, ia lagi menyongsong dengan vulgarnya, “Wah say, bener2 napsuin kamu”. Langsung saja saya terbenam dalam dekapan sang bapak. Ia menempatkan tangannya di pahaku, tangan itu merabai pahaku secara perlahan-lahan sekalian tangan satunya merengkuhku dan memulai mremas tokedku. “Kan toked Sintia tidak besar, kok om menjadi napsu ngeremesnya sang”. “kamu kan imut, tentu punyai kamu rapet sekali, jarang-jarang dipakai kan”. saya meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya menjilat-jilati leherku, ke atas terus menggeliitik kupingku dan sapu mukaku. Ia menggenggam tanganku dan menempatkannya di atas gundukan besar diselangkangannya yang tetap tertutup celpen. Kuremas gundukan itu, “wah om besar sekali sang”. “Mangnya punyai misua kecil ya say”. “besar sang, tetapi punyai om super besar dan panjang , apa muat begini dimasukin di mem3k Sintia”. Bibirku dipagutnya, kami berciuman dengan hot, lidah kami keluar sama-sama jilat dan belit. Sekalian berciuman, ia mengurai ikatan bra bikiniku hingga tokedku terpampang . Ia segera mencaplok toked kiriku dengan liar dan garang, pipinya sampai kempot mengisap benda tersebut.
Tangan satunya mengorek-ngorek memekku dari samping cd bikiniku yang kurang sekalian mengelusi punggungku. Ia tetap terus menciumiku, lidahnya terus sapu rongga mulutku, begitupun saya dengan liar beradu lidah dengannya. Jempolnya menggesek-gesek pentilku diselipin pencetan dan pelintiran. Saya sendiri semakin intensif mremas kontolnya. Sekarang ia suruh saya menunduk (hingga posisiku 1/2 tiduran ke samping) dan mengemut kontolnya. Dengan bergairah, saya layani kontolnya dengan mulut dan lidah, sebelumnya kujilati buah pelir dan batangannya dengan skema turun-naik, sampai di kepalanya menyengaja saya gelitik dengan lidah dan kukulum sesaat. Pemiliknya sampai mengerang-ngerang kenikmatan sekalian mremasi tokedku. Ikatan cd bikiniku diuraikan hingga secara gampang ia dapat mengobok-obok memekku dengan jari-jarinya, lubang itu juga makin becek karena perlakuannya, cairanku terlihat menetes keluar dan membasahi jarinya. “Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desahku ditengah-tengah kegiatan menyepong.
Selanjutnya ia tiduran di matras dan ia suruh saya naik ke mukanya, ternyata ia ingin menjilat-jilati memekku, posisi 69 begitu. Kontolnya terus kukocok-kocok sekalian mengemut pelirnya. Saya menyentil-nyetilkan lidah pada lubang kencingnya hingga ia mengeluh nikmat. “Mari donk say, saya masukkan ya, jangan hanya dibuat geli begitu” ucapnya sekalian menekan kontolnya masuk ke dalam mulutku, saya membelakak karena sesak. Saya memaju-mundurkan kepalaku mengemut kontolnya. Mulutku penuh berisi oleh tangkai besar itu hingga cuma kedengar desahanku ketahan. ia menjulurkan lidahnya sapu bibir memekku. Tangan kanannya mengelus-elus bokong dan pahaku, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati tokedku. pinggulku yang meliuk kenikmatan. Lidahnya menjilat lebih dalam , digunakannya dua jemari untuk buka bibir memekku dan disapunya wilayah itu dengan lidahnya. Memekku menjadi tambah basah baik oleh ludah atau cairanku sendiri. “Emmh.. Emmhh.. Angghh!” saya mendesah ketahan dengan mata merem-melek. Cairan bening menetes membasahi memekku dan mulutnya semakin merapat ke selangkanganku dan mengisap memekku sepanjang lebih kurang lima menit, sepanjang itu badanku menggeliat luar biasa dan sepongan pada kontolnya semakin semangat.
Senang nikmati memekku, ia ambil sikap duduk dan meningkatkan saya ke pangkuannya. Tangannya yang satu buka lebar bibir memekku dan lainnya menuntun kontolnya masuk lubangku. Saya turunkan badanku menempati kontolnya sampai melesak ke disertai eranganku panjang. Berasa sekali benda bundar panjang nesar itu memotong memekku yang blon perna bungkusukan kont0l sebesar tersebut. Diapun melenguh nikmat karena capitan memekku yang kuat tersebut. Saya mulai turun-naik di pangkuannya, tokedku diremasi gaungs. Saya terus menaik-turunkan badanku secara semangat, makin lama semakin cepat dan mulutku menceracau tidak karuan. Semakin kerasa tekanan kontolnya yang selainnya besar panjang hingga seakan2 meembus masuk ke dalam perutku. “Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongku dengan kepala mendangak ke langit bersama dengan badanku yang melafalkanng, kudekapnya kepalanya erat-erat hingga mukanya tenggelam di belahan tokedku. Saya roboh di dekapannya dengan kont0l tetap tertanam. Ia mendekapku dan mencumbuku mesra, lidah kami berpaut dan sama-sama mengisap. Ia ambil minum dari dalam rumah, diberikan ke saya dan secara langsung kutenggak hingga setelah. “Wah exhausted ya say”. “iya om, kan setelah usaha keras. om belon ngecret tu”.
Saya direbahkannya kematras. Ke-2 pergelangan kakiku digenggamnya lantas ia rentangkan pahaku lebar-lebar. Sesudah meningkatkan ke-2 betisku ke pundak, ia menyentuhkan kepala kontolnya ke bibir memekku. memekku Kembali diregangkan optimal untuk memuat kont0l besar yang menerobos masuk. Ia mengeluh lagi nikmat karena capitan dinding memekku. “Uuuhh.. Uhh.. Sempit sekali sich” erangnya saat lakukan penetratif. Ia mulai gerakkan kontolnya perlahan, saya memberi respon dengan rintihan. Ia meningkatkan tempo bermainnya, disikat saya kadang-kadang, digoyangkannya ke kanan dan kiri untuk macam, tidak ketinggal tangannya mremasi bokongku. Saya makin menggelinjang kenikmatan, desahanku juga makin ekspresikan rasa nikmat Ia menundukkan tubuhnya supaya bisa menyusu dari tokedku, diemut-emut dan diambilnya pentilku dengan mulutnya.
Sekitaran limabelas menit selanjutnya saya mulai melafalkanng dan mengeluh panjang mengidentifikasi klimaksku. Tetapi ia tanpa perduli terus memacuku sampai beberapa saat selanjutnya. Diapun mulai melafalkanng, “Crot di mana say”. “Didalem ja om agar tambah nikmat”. “hehhhh”, desahnya saat ia menanamkan kontolnya dalam2 di memekku dan berasa sekali semprotan pejunya yang sangat banyak. Ia rebah menindihku. “Nikmat sekali say”. saya senang ja disanjung kaya begitu. “Sintia nikmat sekali om, masi ada ronde ke-2 kan om”. Ia cuma mengusikk dan mencium bibirku. Karena capek bercampur nikmat, saya menjadi lelap di saung itu, waktu saya bangun hari dah gelap, lampu saung blon dihidupkan. Saya selekasnya bangun dan ke arah rumah. saya mandi dahulu beri kesegaran tubuh. usai mandi saya keluar cuma kenakan t shirt kedodoran sebagai seperti rok mini untuk aku, didalemnya pasti ja polos.
Sang om kembali ngangetin makanan di microwave oven. “Dah laper kembali ya say, kan usaha keras baru saja”. Saya hanya ngangguk. Usai ngangetin makanan, ia pergi mandi sedang saya menyantap makanan. Usai makan, sang om belon kluar dari kamar. Saya duduk di atas sofa sekalian melihat tv, pakai parabola tentu saja. Saya cari film dari kanal yang cuma putar film, tentunya di kanal filmnya puti semua, tidak da yang blau. Tidak lama nantinya, sang om kluar cukup dengan belitan anduk dipinggang. ia dekati dan merengkuhku, berangkulan mulut kami mulai sama-sama memagut, lidah berjumpa lidah, sama-sama jilat dan sama-sama belit, kugenggam kontolnyanya dan kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan bokongku lalu ia remasi.
Selekasnya saja tshirt yang kukenakan telah lepas. ia masi ja terbengong-bengong melihat keelokan badanku, tangannya merabai paha dan bokongku. “Say pangkas jembut yah, menjadi rapi dech hehehe..” komentarnya pada jembutku yang dengan periodik kurapihkan pinggir-pinggirnya sampai memiliki bentuk memanjang. Menanggapinya saya cuma tersenyum sambil dekatkan memekku sejengkal dan sejajar dari mukanya, sama seperti yang telah kuduga, ia segera menyantapnya dengan rakus. “Eemmhh.. Yess!” desahku demikian lidahnya sentuh memekku. Kurenggangkan ke-2 pahaku supaya lidahnya dapat menelusuri lebih luas. Sapuan lidahnya demikian oke telusuri celah-celah kepuasan pada memekku. Saya mendesah lebih panjang saat lidahnya berjumpa itilku yang peka. Mulutnya terkadang menghisap dan terkadang meniupkan angin hingga memunculkan kesan hebat.
Sementara tangannya terus mremas bokongku dan kadang-kadang mencucuk-cucuk bokongku. Saya mengeluh sekalian mremas rambutnya sebagai tanggapan permainan lidahnya yang liar. Senang menjilat-jilati memekku, ia menyuruhku duduk ke samping di pangkuannya. Dengan liarnya ia segera mencaplok tokedku, pentilku dikulum dan dijilat, tangannya menyelusup antara pahaku ke arah memekku. Selangkanganku berasa makin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek lubang memekku.
Selainnya tokedku, ketiakku yang bersih juga tidak lepas dari jilatannya hingga memunculkan kesan geli, kadangkala dihirupnya ketiakku yang beraroma minyak wangi bersatu keringatku. Tanganku menjalar ke bawah cari kontolnya, benda itu sekarang sudah mengeras seperti batu. Kuelusi sekalian nikmati rangsangan-rangsangan yang diberi padaku. Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari memekku demikian ia keluarkannya. Diberikannya jarinya ke mulutku langsung kujilati dan kukulum, berasa sekali wewangian dan rasa cairan yang telah dekat denganku. Badanku ditelentangkan di atas meja ruangan tamu dari batu granit hitam itu sebelumnya setelah ia singkirkan beberapa benda diatasnya. Napasku semakin mengincar saat kontolnya menyetuh bibir vaginaku. “Cepat om, masukkan donk, tidak tahan kembali nih!” pintaku sekalian buka pahaku lebih lebar seakan melawannya. Karena mejanya pendek, sang om harus menekuk lututnya 1/2 berjinjit untuk menusukkan kontolnya. Saya menjerit kecil saat kepala kontolnya yang lebih besar mulai memotong lubang memekku. Seterusnya kami terlarut dalam birahi, saya mengeluh sejadi-jadinya sekalian menggelengkan kepala atau menggigit jariku. Sekarang ia berdiri yang tegak memegang ke-2 pergelangan kakiku, hingga bokongku terangkut dari meja. Tokedku terbuncang-guncang meng ikuti irama goyangannya yang kasar. Dalam kurun waktu duapuluh menit saja saya telah dibikinnya orgasme panjang sementara ia belum memperlihatkan pertanda akan keluar.
Saat ini ia mengubah posisi dengan turunkan 1/2 badanku dari meja, dibikinnya saya nungging dengan ke-2 lututku bertopang di lantai, tapi tubuh atasku tetap di meja hingga ke-2 tokedku tertekan di situ. Ia menusukku lagi, tetapi ini kali dari belakang, posisi semacam ini membuat sikatannya berasa semakin deras saja. Saya turut menggoyahkan bokongku hingga kedengar suara tubuh kami beradu yakni bunyi plok.. plok.. tidak teratur yang bersatu baur dengan erangan kami. Selang beberapa saat saya kembali orgasme, badanku lemas sekali sebelumnya setelah melafalkanng luar biasa, keringatku telah menetes-netes di atas meja. Tetapi kelihatannya ia belum juga usai, terlihat dari kontolnya yang tegang.
Saya hanya diangkat dan dibaringkan di atas sofa, cukup saya dapat istirahat sesaat karena ia sendiri ucapnya kelelahan tetapi tetap belum keluar. Kami mengumpulkan lagi tenaga yang tercerai-berai. Ia selanjutnya menggendong badanku dan membawaku ke kolam. “Say, kita nyebur yok, agar segar” ajaknya. Saya mengganggukkan kepala menyepakatinya meskipun di luar telah gelap, cuma disinari lampu yang berada di saung hingga sinar cuma remang saja. diapun mengambil langkah turun ke air, di situ badanku ia turunkan sampai tergenang air. Hmm.. Rasanya dingin dan beri kesegaran, kelihatannya keletihanku cukup terobati oleh air. Air kolam memendamku sampai dada ke atas, saya sandaran pada dinding kolam mengurangi otot-ototku. Ia mendekati lagi dan menekan badanku. Diciumnya saya dibibir sesaat lantas kecupannya menjalar ke telinga dan leher hingga saya menggelinjang geli. Kontolnya kugenggam lantas kukocok dalam air. Ia angkat satu kakiku dan dekatkan kontolnya ke memekku. Dengan ditolong tanganku dan dorongan tubuhnya, masuk kont0l itu kembali lagi ke memekku.
Air makin beriak saat ia mengawali pacuannya yang perlahan-lahan tambah kuat. Kakiku yang satunya ia angkat hingga badanku melayang-layang di air secara bertumpu pada pinggir kolam. Saya mengadahkan muka melihat langit yang telah gelap dan keluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat tokedku dan menyedotnya dengan gaungs membuatku makin tidak karuan. Ia benar-benar gagah, walau sebenarnya kan awalnya ia telah membuat saya klojotan. Saya mulai kelelahan karena sikatan-sodokan beringasnya. Gesekan-gesekan kontolnya dengan dinding memekku seperti memunculkan getaran-getaran listrik yang membuatku edan. Mataku furnitureiak-beliak kenikmatan sampai pada akhirnya saya klimaks kembali bersama sama dia. Pejunya yang hangat mengucur isi memekku. “Say keluar nih saya. ngentotin kamu nikmat sekali dech. Mem3k kamu peret setelah hingga kerasa sekali empotannya.” “setelah kontol om besar sang. Sintia kan baru saja sekali ini merasakan kont0l segede punyai om, jelas ja peret sekali jadi.” Sesudah napas ngos2anku berkurang, kami keluar kolam, saya dibawa ke kamar. Karena cape, saya sbentar saja telah lelap diranjangnya yang lebih besar, masi telbul tentu saja.
Saat saya terjaga, hari dah jelas kayanya, cahaya matahari terlihat tembus tirai kamar. Sang om masuk bawa nampan berisi toast, kopi dan krimernya dan gula. “Makan paginya ini saja ya say. Kamu tidur pulas sekali”. “Iya om, kan kemaren usaha keras ma om, baru saja sekali ini ada kont0l XL yang ngaduk2 mem3k Sintia sampai tergeletak begini, bentar kembali maen kembali ya om”. “wah kamu hyper neh, makan dahulu lah”. “Bukanlah hyper om tetapi manfaatkan kesem0patan sebagus2nya”. Ia ketawa. Ia melapis toast dengan mentega selanjutnya memoleskan sele nanas untuk aku. Selanjutnya ia tuangkan krimer di dalam kopi dan menambah sesendok teh gula, diaduknya dan diberikan ke saya, “Kalau kurang manis tambah gulanya ndiri ya”. “Sintia kan dah manis om, tidak perlu gula kembali”. “Kamu tidak hanya manis, tetapi nikmat sekali In”. Kami berdua juga menyantap semuanya yang disajikannya. “Dah kenyang om, skarang….” “Waktunya have fun”. Ia duduk selonjoran di tempat tidur dan dekap saya yang duduk membelakanginya bertumpu pada badannya. Toked kiriku selekasnya dipencet-pencet dan dimainkan pentilnya. Pahaku lebar terbuka dan dipangkalnya tangannya bermain antara kerimbunan jembutku, mengelusi dan mengocak dengan jarinya. Tidak ketinggal pundak kiriku yang dicupangi olehnya. Saya cuma mendesah dengan gestur mukaku memperlihatkan kepasrahan dan rasa nikmat. saya selanjutnya menelungkup diselangkangannya.
Aku juga memegang kontolnya dan memulai mainkan lidahku, kuawali dengan menjilat-jilati sampai basah kepala kontolnya, lantas menciumi sisi batangnya sampai pelirnya. Kantong bola itu kuemut dibarengi mengocak batangnya dengan tanganku. Perlahan-lahan tetapi tentu benda itu ereksi penuh karena tehnik oralku. Ia nikmati sekali permainan lidahku, ia terus merem-melek dan mendesah tidak berhenti-hentinya saat kontolnya kukulum dan kuhisap-hisap. Lama saya mengkaraokenya, sampai mulutku pegal.
Selanjutnya ia memagut bibirku yang kubalas dengan tidak kalah hot, saya mainkan lidahku sekalian tanganku memijat kontolnya. Saya tiduran tengkurap diranjang, ia menaikiku lantas menciumku sambil mengelusi punggungku, saya mendesah rasakan rangsangan erotis tersebut. Kecupannya semakin turun sampai ke bokongku, disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi, bahkan juga digigit hingga saya menjerit kecil. Mulutnya turun ke bawah kembali, menciumi tiap jengkal kulit pahaku. Betis kananku ia tekuk, lantas ia emuti jari-jari kakiku. Sesaat selanjutnya ia
menekuk paha kananku ke samping hingga pahaku lebih terbuka. Saya mulai rasakan jari-jarinya sentuh memekku, dua jemari masuk ke dalam lubangnya, satu jemari menggosok itilku. Rambutku ia sibakkan dan saya rasakan embusan napasnya berasa dekat mukaku. Leher dan tengukku digelikitik gunakan lidahnya, telingaku, saya tertawa-tawa kecil sekalian mendesah dibikinnya. Saya sukai rangsangan dengan kesan geli semacam ini.
Itil V3
Ia mengusung bokongku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai telapak tangan untuk menyokong badan sisi atasku. Tidak lama kemudian saya rasakan benda tumpul menyodok ke memekku. Saya terpejam meresapi moment-moment penetratif tersebut. Saya tidak dapat meredam desahanku terima hujaman-hujaman kontolnya ke badanku. Kesan yang tidak terlukiskan khususnya waktu ia memutar-mutar kontolnya dimemekku, rasanya seolah tengah dibor saja, saya tidak ikhlas jika kesan ini segera berakhir, makannya saya selalu mendesah: “Terus.. Terus.. Jangan sampai setop!” Kocokannya padaku semakin bertambah cepat dan kasar, automatis eranganku juga tambah tidak karuan, kadang-kadang bahkan juga saya menjerit jika sikatannya keras. Karena sudah tidak dapat bertahan kembali, saya alami orgasme hebat, sedangkan ia tidak memedulikan kelelahanku, malah makin terus-menerus menyikatku.
Tanpa melepaskan kontolnya ia baringkan badanku ke samping dan meningkatkan kaki kiriku ke bahunya, dengan ini kontolnya menancap lebih dalam ke memekku. Selangakanganku yang telah basah kuyup memunculkan bunyi kecipak tiap terima tusukan. Sekalian terus memacu, ia menyorongkan kepalanya ke tokedku, pentilku diamankan mulut selanjutnya digigit dan ditarik-tarik, saya mendesah dan meringis karena ngilu, tetapi merasa nikmat. Saya rasakan sesaat gantian saya klimaks, dinding memekku semakin berdenyut. “Ayoo.. om, terus.. Sintia mau..!” desahku dengan napas tersenggal-senggal. Selang beberapa saat saya rasakan badanku semakin kebakar, saya menggelinjang2. Desahan panjang mengisyaratkan orgasmeku bersama dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkanganku. Ia melepaskan kontolnya dan turunkan kakiku, pejunya dikeluarkan di dadaku, kemudian ia ratakan cairan kental itu ke semua tokedku sampai basah mengkilat. Belum habis rasa lelahku, ia telah lekatkan kepala kontolnya di bibirku, memerintah membersihkan. Dengan beberapa sisa tenaga saya pegang benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan beberapa sisa pejunya kutelan saja.
Pada akhirnya kami juga terbujur berdekatan, keringatku bercucur dengan deras, dadaku turun-naik secara cepat karena ngos-ngosan. “Napa tidak dingecretin didalem om, kan lebi nikmat”. “Buat macam ja say”. Usai itu, kami bebenah. Terbayarkan dech rasanya blayku demikian lama, awal hari ini saya tidak akan jablay kembali karena ada tetangga gagah yang dapat memberikan kepuasan saya yang sejauh ini ditelantarkan misua.