Cerita Sex Memperkosa Anak Adopsi Gadis Cantik Dari Pantiasuhan

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
98 views

Waktu itu, saya betul-betul sendiri. Perasaan takut dan kesepian serang hati dan pikiranku. Yang paling memilukan ialah, saya benar-benar sebelumnya tidak pernah diperkenalkan atau bertemu dengan famili ayah atau ibu. Saya sebelumnya tidak pernah menanyakan. Sejauh ini saya cuma mengenali ayah dan ibu saja. Dan itu telah lebih dari cukup buatku.

Cersex Mertua – Kami bertiga benar-benar berbahagia.
Saya tak ingat, bagaimana saya dapat sampai di panti bimbingan tersebut. Yayasan Bunda Erika, saya membacanya dalam suatu papan nama di muka pintu masuk bangunan tersebut. Di situ, banyak beberapa anak yang seumuran denganku. Kedatangan mereka membuatku minimal “lupa” akan kegetiran yang barusan menerpaku. Tidak lamapun, saya merasa jika saya sudah temukan rumah baru buatku. 6 bulan juga berakhir
Di suatu hari yang ceria, tiba-tiba kami dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satunya pengurus pada tempat kami. “Mari bangun, cepat mandi, gunakan baju terbaik kalian, kemudian kalian harus bergabung di aula. Kita akan kehadiran seorang yang spesial”, ucapnya sekalian tersenyum hangat.
Dan aku juga menanyakan, “Bunda, tamu istimewanya siapa sich ? Aktris ya?”
“Mungkin ya..”, kata Bunda Risa sekalian ketawa kecil.
“Karena ia ialah putra tunggal dari pemilik yayasan ini..”
Tidak kusangka, pertemuanku dengan Erik Torian dapat mengganti hidupku, semuanya. Saat ia melalui barisan beberapa anak lainnya, ia mendadak stop pas di depanku. Senyum misteri menghias mukanya. Dengan posisi membungkuk, ia memperhatikan mukaku dengan cermat. Temannya yang turut dengannya juga turut memerhatikan diriku.
“Ada apakah Torian ? Apa kau mengenal dengan anak ini ?”, tanyanya.
“Tidak”, Erik tetap melihatiku sekalian menggenggam mukaku, seakan-akan saya tidak bernyawa.
“Prima” ucapnya dingin.
“Seperti boneka..”
Saya percaya sekali ia bergumam [“..boneka yang saya idam-idamkan”]
Lantas ia melepas mukaku dan secara langsung meninggalkanku demikian saja.
Satu hari sesudah lawatan itu, Erik bersama temannya itu berkunjung lagi yayasan, untuk adopsi diriku.
“Halo… Maria” Erik melempar senyuman yang berlainan dari tempo hari.
“Mulai sekarang ini, aku-lah yang hendak menjaga dan mengurusi Maria. Kamu tidak harus panggil saya ‘ayah’ atau panggilan yang lain, panggil saja saya Erik.”
Sekalian mengubah pandangannya ke temannya, ia meneruskan,”Nach.., ini ialah temanku, namanya Tomi.”
Aku juga menyunggingkan senyum ke Tomi yang membalasku dengan senyum hangat.
Saya benar-benar tidak yakin jika rupanya Erik tinggal sendiri di dalam rumah istimewa semacam ini dan tetap berumur 24 tahun waktu itu. Sembunyi-sembunyi, saya takjub dengan performa Erik dan Tomi yang bagus sekali. Ada di tengah mereka saja sangat membuatku spesial. Erik sangat baik padaku. Ia selalu membelikan baju-baju cantik dan boneka porselain untuk dipampang dikamar tidurku. Ia benar-benar menganakemaskan saya. Tetapi, ia berlaku disiplin. Saya tidak dibolehkan untuk keluar dari rumah selainnya ke sekolah tanpa dianya.
4 bulan berakhir, rasa sayangku pada Erik mulai semakin bertambah. Hari itu, saya mulai merasa jemu di dalam rumah dan Erik belum pulang kantor. Aku juga menantinya untuk pulang sekalian bermain Play Station di kamarku. Pas jam 10.30 malam, saya dengar suara pintu di samping kamarku mengeluarkan bunyi.
“Erik telah pulang !!”, pikirku suka.
Aku juga berlari keluar kamar untuk menyambutnya. Tetapi, di muka kamar Erik saya stop. Pintunya terbuka sedikit. Dan saya dapat tahu apakah yang terjadi dalam sana. Erik bersama seorang wanita yang elok, memiliki rambut panjang, kulitnya juga prima. Saya cuma dapat termenung terdiam. Saya menyaksikan Erik mulai menciumi bibir wanita itu dengan penuh gairah. Tangannya meraba-raba dan meremas payudara wanita tersebut.
“Ohh..Erik”
Perlahan-lahan, tangan Erik membuka rok wanita itu dan menari-nari disekitaran pinggul dan pahanya. Tidak lama, Erik telah habis menanggalkan baju wanita tersebut. Erik merebahkan wanita itu ke arah tempat tidur dan menindihnya, tangan Erik bermain dengan badan wanita itu, menciuminya dengan brutal, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sekalian meremas-remasnya.
“Ohhhh…Eriik..” Saya dengar desahan wanita tersebut.
Saya menyaksikannya. Saya tidak yakin jika saya melihat itu semua. Tetapi, saya tidak bergerak sedikit juga. Saya tidak dapat.
Erik juga buka resleting celananya dan keluarkan ‘senjata’nya, ke-2 kaki wanita itu digenggam tangan Erik dan Erik selekasnya menanamkan ‘senjata’nya ke lubang wanita yang telah basah itu dengan kasar. Wanita itu mengeluh dengan keras. Tanpa sadar, pipiku telah dibasahi oleh air mata. Hatiku berasa sakit dan nyeri. Tetapi, saya tidak dapat bergerak disana. Saya masih tetap menyaksikan perlakuan Erik tanpa berkedip-kedip sekalian berlinang air mata.
Erik tetap meneruskan bermainnya dengan wanita elok itu, ia gerakkan pinggulnya mundur dan maju dengan cepat. Pekikan kepuasan dari wanita itu juga berkumandang di semua ruang. Sepuluh menit kemudian, Erik kelihatan kejang sebentar sekalian mengeluh ketahan. Erik juga menghela napas dan istirahat sesaat, masih juga dalam pelukan wanita tersebut. Permainan usai.
Tetapi saya tetap mematung di muka kamarnya, memerhatikan Erik dari samping pintu yang sedikit terbuka. Saya tidak ingin bergerak , seakan-akan saya menyengaja ingin diketemukan oleh Erik. Betul saja, saya menyaksikan Erik bersiap memberesi pakaiannya dan bergerak ke arah pintu. Ia buka pintu dan menyaksikan diriku mematung sekalian menangis di situ. Ia memerhatikanku sesaat dan senyum misteri itu datang kembali.
Ia juga membungkukkan badannya,
“Hey, tukang ngintip cilik. Saya tidak geram kok. Namun, saya telah menyiapkan hukuman yang pas untukmu. Tetapi, tidak sekarang ini. Mari, saya temani kamu sampai kamu tertidur. Jika kamu lelah, esok absen saja.”
Erik juga menggendongku yang tetap terisak kekamar tidurku. Dan sepanjang malam ia tidur sekalian merengkuhku secara hangat.
“Saya..saya..sayang Erik”
“Erik ialah punyaku..cuma punyaku seorang”
Pikiranku berputar pikirkan hal tersebut. Tidak lama, aku juga tertidur pulas.
Ini hari ialah kembali tahunku yang ke-14. Saya suka sekali, karena Erik sudah menyiapkan sebuah acara pesta ulang tahun bagiku dalam suatu hotel bintang 5. Ballroom hotel itu benar-benar cantik, Erik menyiapkannya dengan khusus. Aku juga kenakan gaun warna putih yang baru dibelikan Erik. Kata Erik, saya benar-benar elok dengan pakaian itu, “Kamu pas dengan warna putih, benar-benar matching dengan warna kulitmu.. Dan kembali, sekarang ini.. kamu makin elok.”
Beberapa teman wanitaku berdecak takjub menyaksikan performaku waktu itu.
“Kamu elok ya Maria ? Untung sekali kamu punyai ayah angkat seperti Erik..”
Kata Sara, rekan baikku sekalian ketawa mengejek. Sara melihat ke Erik yang duduk di atas meja sudut bersama Tomi.
“Hey Maria, Erik itu tampan sekali ya ? Temannya ..” tutur Sara sekalian ketawa kecil.
Aku juga cuma dapat ketawa, aku juga menetujuinya. Belakangan ini, kami memang menjadi kerap mengulas masalah cowok. Karena mungkin puber. Tidak lama, Aryo temanku yang kelihatannya sukai denganku tiba, sekalian memberikan hadiah, ia mencium ke-2 pipiku. Tanpa sadar pipiku bersemu merah.
Sesudah acara pesta selesai, Erik ajakku istirahat di dalam kamar hotel. Saya cukup lelah, tetapi saya suka. Dan setiba di dalam kamar, saya merengkuh Erik sekalian berterima kasih.
“Terima kasih Erik..saya sangat sayang sama Erik..”
Erik juga membalasnya dekapanku sesaat dan melepaskannya, dan ia menggenggam ke-2 lenganku sekalian melihatku dengan serius. Aku juga merasa bingung dan sedikit takut.
“..Erik ? Mengapa ? Geram yaa ? Saya..lakukan kekeliruan apa ?”
Tanpa banyak berbicara, Erik menyeretku ke arah tempat tidur, melepas dasinya dan memakainya untuk mengikat ke-2 tanganku dengan kuat. Saya memekik dan memulai menangis.
“Eriik !! Sakit !! Mengapa ??!!”
Ia melihatku dengan pandangan geram. Selanjutnya berteriak,
“Mengapa ??!! Mengapa katamu ?! Kamu itu wanita apa ??!! Masih kecil telah mengenal lelaki !! Telah kuputuskan ! Kamu harus di hukum atas perlakuanmu baru saja dan perlakuanmu dua tahun lalu !!”
Deg. Jantungku berasa stop ingat peristiwa tersebut.
“Erik geram..”, pikirku.
Aku juga merasa ketakutan. Saya takut dibenci. Saya tidak ingin kehilangan kembali orang yang kusayangi.
Mendadak, Erik menarik gaunku dengan kasar hingga jadi robek. Saya berteriak.
“Ini mengakibatkan jika menjadi wanita genit !!”
Erik menariknya kembali untuk ke-2 kalinya, baju dalamku makin kelihatan. Celana dalamku akan dilepasnya.
“Erriik !! Jangaaan !!”, saya berteriak ketakutan.
Telat, saya telah telanjang keseluruhan. Cuma beberapa sisa gaunku-lah yang tetap sembunyikan beberapa bagian badanku sedikit. Erik melihatku dengan penuh gairah. Napasnya kedengar berat sarat dengan amarah dan birahi. Ia juga meredam tanganku yang terlilit dan dekatkan bibirnya ke bibirku.
“Saya harus jadi orang pertama kali yang..”
Erik tidak menuntaskan ucapannya dan memulai melumat bibirku dengan sedikit kasar.
“Hmmmphh..”
Untuk pertamanya kali saya rasakan ada getaran yang aneh pada badanku. Kesan yang sebelumnya tidak pernah kurasakan sebelumnya.
Erik jadi berlanjut menciumku, saya dapat rasakan lidahnya memijat lidahku. Aku juga meng ikuti bermainnya, sedikit takut, sedikit ingin ketahui. Erik mulai meremas-remas payudaraku yang masih belum tumbuh sepenuhnya.
“Ahh..”
Saya mulai nikmati getaran aneh pada diriku.
“Panas..tubuhku berasa panas..Erik..” pikirku dalam hati.
Erik meneruskan kecupannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan tangannya di payudaraku semakin kuat.
“Ahhh..!!!” napasku semakin mengincar.
Mendadak Erik stop dan melihatku sekalian tersenyum misteri.
“Hmm..kamu menyenanginya bukan ? Ya kan, setan cilik ?”
Mukaku bersemu merah, tetapi terlampau takut untuk bicara, badanku tergetar luar biasa. Erik melepas bajunya dan celananya, tetap melihatiku. Saya terlampau malu untuk melihat mukanya.
“Saya rasa, kamu siap untuk permainan seterusnya..”
Erik ketawa kecil, sedikit amarah tetap sisa pada dianya. Erik menciumiku lagi, ini kali ia meremas payudaraku sekalian mengisapnya.
“Hhhhh..!!”
“Tidak ada apa-apa..jika Erik..tidak ada apa-apa.” pikirku.
Saya pejamkan mataku erat-erat saat Erik mulai masukkan ‘senjata’nya ke diriku.
“Emmm..” saya tidak berani katakan jika saya merasa sakit.
Erik mulai tidak sabar, dan ia memasukkan secara kasar.
“Aaaaahhhhhhh..!!!!”
Saya menjerit dan memulai menangis kembali. ‘Senjata’nya telah masuk diriku sepenuhnya dan sakit yang kurasakan itu agak aneh, ada kepuasan didalamnya. Saya mulai sedikit meronta sekalian berteriak. Tetapi Erik meredamku dengan kuat. Erik menciumi diriku yang tergetar luar biasa dengan sedikit paksakan. Jemu dengan tempatnya, Erik mengubah posisi badanku jadi tengkurap.
“Erriik..!! tidaaak !!” saya benar-benar malu lakukan posisi tersebut.
Tapi Erik tidak perduli dan meneruskan lagi bermainnya. Setiap badan Erik menghentak, saya menjerit sekuat-kuatnya. Erik lakukan pergerakan menghentak itu dengan teratur, dan mendadak saya rasakan getaran yang luar biasa dalam diriku, saya rasakan ‘liang’ku
menyempit karena otot-otot di badanku jadi tegang. Aku juga berteriak lebih keras dari sebelumnya.
“Ohhhh..Maria.”
Saya rasakan tangan Erik meremas pinggulku dengan kuat. Badan Erik melafalkanng, dan cairan deras juga mengucur dari ‘liang’ku. Saya mendesah panjang. Badanku tetap tergetar. Erik tetap menindihku dan memulai menciumi punggungku.
“Hhhmm.. opsiku memang pas”, gumamnya.
Saya memutuskan untuk diam. Erik berubah ke sampingku. Ia melihatiku yang tetap berlinang air mata. Tersenyum Erik mengecup kepalaku sekalian mengelusnya.
“Maria, kamu ialah punyaku seorang.. tidak ada satu juga yang bisa menyentuhmu tanpa seizin-ku.”
Erik merengkuh badanku yang kecil dengan kuat.
“Ya Erik..saya ialah punyamu. Saya akan lakukan apa yang kau perintahkan, asal kau tidak membenciku.” Saya tetap terisak.
“Anak bodoh.. Saya tidak pernah membencimu Maria..”
Dekapan Erik makin kuat. Mukaku berasa panas. Dan saya selekasnya memasukkan diriku ke dekapan Erik.Narasi Seks Adopsi Gadis Elok dari Yayasan

Cerita Lainnya:   Cerita Sex Ratna Menjadi Tumbal Bayar Hutang

Waktu itu, saya betul-betul sendiri. Perasaan takut dan kesepian serang hati dan pikiranku. Yang paling memilukan ialah, saya benar-benar sebelumnya tidak pernah diperkenalkan atau bertemu dengan famili ayah atau ibu. Saya sebelumnya tidak pernah menanyakan. Sejauh ini saya cuma mengenali ayah dan ibu saja. Dan itu telah lebih dari cukup buatku. Kami bertiga benar-benar berbahagia.
Saya tak ingat, bagaimana saya dapat sampai di panti bimbingan tersebut. Yayasan Bunda Erika, saya membacanya dalam suatu papan nama di muka pintu masuk bangunan tersebut. Di situ, banyak beberapa anak yang seumuran denganku. Kedatangan mereka membuatku minimal “lupa” akan kegetiran yang barusan menerpaku. Tidak lamapun, saya merasa jika saya sudah temukan rumah baru buatku. 6 bulan juga berakhir
Di suatu hari yang ceria, tiba-tiba kami dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satunya pengurus pada tempat kami. “Mari bangun, cepat mandi, gunakan baju terbaik kalian, kemudian kalian harus bergabung di aula. Kita akan kehadiran seorang yang spesial”, ucapnya sekalian tersenyum hangat.
Dan aku juga menanyakan, “Bunda, tamu istimewanya siapa sich ? Aktris ya?”
“Mungkin ya..”, kata Bunda Risa sekalian ketawa kecil.
“Karena ia ialah putra tunggal dari pemilik yayasan ini..”
Tidak kusangka, pertemuanku dengan Erik Torian dapat mengganti hidupku, semuanya. Saat ia melalui barisan beberapa anak lainnya, ia mendadak stop pas di depanku. Senyum misteri menghias mukanya. Dengan posisi membungkuk, ia memperhatikan mukaku dengan cermat. Temannya yang turut dengannya juga turut memerhatikan diriku.
“Ada apakah Torian ? Apa kau mengenal dengan anak ini ?”, tanyanya.
“Tidak”, Erik tetap melihatiku sekalian menggenggam mukaku, seakan-akan saya tidak bernyawa.
“Prima” ucapnya dingin.
“Seperti boneka..”
Saya percaya sekali ia bergumam [“..boneka yang saya idam-idamkan”]
Lantas ia melepas mukaku dan secara langsung meninggalkanku demikian saja.
Satu hari sesudah lawatan itu, Erik bersama temannya itu berkunjung lagi yayasan, untuk adopsi diriku.
“Halo… Maria” Erik melempar senyuman yang berlainan dari tempo hari.
“Mulai sekarang ini, aku-lah yang hendak menjaga dan mengurusi Maria. Kamu tidak harus panggil saya ‘ayah’ atau panggilan yang lain, panggil saja saya Erik.”
Sekalian mengubah pandangannya ke temannya, ia meneruskan,”Nach.., ini ialah temanku, namanya Tomi.”
Aku juga menyunggingkan senyum ke Tomi yang membalasku dengan senyum hangat.
Saya benar-benar tidak yakin jika rupanya Erik tinggal sendiri di dalam rumah istimewa semacam ini dan tetap berumur 24 tahun waktu itu. Sembunyi-sembunyi, saya takjub dengan performa Erik dan Tomi yang bagus sekali. Ada di tengah mereka saja sangat membuatku spesial. Erik sangat baik padaku. Ia selalu membelikan baju-baju cantik dan boneka porselain untuk dipampang dikamar tidurku. Ia benar-benar menganakemaskan saya. Tetapi, ia berlaku disiplin. Saya tidak dibolehkan untuk keluar dari rumah selainnya ke sekolah tanpa dianya.
4 bulan berakhir, rasa sayangku pada Erik mulai semakin bertambah. Hari itu, saya mulai merasa jemu di dalam rumah dan Erik belum pulang kantor. Aku juga menantinya untuk pulang sekalian bermain Play Station di kamarku. Pas jam 10.30 malam, saya dengar suara pintu di samping kamarku mengeluarkan bunyi.
“Erik telah pulang !!”, pikirku suka.
Aku juga berlari keluar kamar untuk menyambutnya. Tetapi, di muka kamar Erik saya stop. Pintunya terbuka sedikit. Dan saya dapat tahu apakah yang terjadi dalam sana. Erik bersama seorang wanita yang elok, memiliki rambut panjang, kulitnya juga prima. Saya cuma dapat termenung terdiam. Saya menyaksikan Erik mulai menciumi bibir wanita itu dengan penuh gairah. Tangannya meraba-raba dan meremas payudara wanita tersebut.
“Ohh..Erik”
Perlahan-lahan, tangan Erik membuka rok wanita itu dan menari-nari disekitaran pinggul dan pahanya. Tidak lama, Erik telah habis menanggalkan baju wanita tersebut. Erik merebahkan wanita itu ke arah tempat tidur dan menindihnya, tangan Erik bermain dengan badan wanita itu, menciuminya dengan brutal, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sekalian meremas-remasnya.
“Ohhhh…Eriik..” Saya dengar desahan wanita tersebut.
Saya menyaksikannya. Saya tidak yakin jika saya melihat itu semua. Tetapi, saya tidak bergerak sedikit juga. Saya tidak dapat.
Erik juga buka resleting celananya dan keluarkan ‘senjata’nya, ke-2 kaki wanita itu digenggam tangan Erik dan Erik selekasnya menanamkan ‘senjata’nya ke lubang wanita yang telah basah itu dengan kasar. Wanita itu mengeluh dengan keras. Tanpa sadar, pipiku telah dibasahi oleh air mata. Hatiku berasa sakit dan nyeri. Tetapi, saya tidak dapat bergerak disana. Saya masih tetap menyaksikan perlakuan Erik tanpa berkedip-kedip sekalian berlinang air mata.
Erik tetap meneruskan bermainnya dengan wanita elok itu, ia gerakkan pinggulnya mundur dan maju dengan cepat. Pekikan kepuasan dari wanita itu juga berkumandang di semua ruang. Sepuluh menit kemudian, Erik kelihatan kejang sebentar sekalian mengeluh ketahan. Erik juga menghela napas dan istirahat sesaat, masih juga dalam pelukan wanita tersebut. Permainan usai.
Tetapi saya tetap mematung di muka kamarnya, memerhatikan Erik dari samping pintu yang sedikit terbuka. Saya tidak ingin bergerak , seakan-akan saya menyengaja ingin diketemukan oleh Erik. Betul saja, saya menyaksikan Erik bersiap memberesi pakaiannya dan bergerak ke arah pintu. Ia buka pintu dan menyaksikan diriku mematung sekalian menangis di situ. Ia memerhatikanku sesaat dan senyum misteri itu datang kembali.
Ia juga membungkukkan badannya,
“Hey, tukang ngintip cilik. Saya tidak geram kok. Namun, saya telah menyiapkan hukuman yang pas untukmu. Tetapi, tidak sekarang ini. Mari, saya temani kamu sampai kamu tertidur. Jika kamu lelah, esok absen saja.”
Erik juga menggendongku yang tetap terisak kekamar tidurku. Dan sepanjang malam ia tidur sekalian merengkuhku secara hangat.
“Saya..saya..sayang Erik”
“Erik ialah punyaku..cuma punyaku seorang”
Pikiranku berputar pikirkan hal tersebut. Tidak lama, aku juga tertidur pulas.
Ini hari ialah kembali tahunku yang ke-14. Saya suka sekali, karena Erik sudah menyiapkan sebuah acara pesta ulang tahun bagiku dalam suatu hotel bintang 5. Ballroom hotel itu benar-benar cantik, Erik menyiapkannya dengan khusus. Aku juga kenakan gaun warna putih yang baru dibelikan Erik. Kata Erik, saya benar-benar elok dengan pakaian itu, “Kamu pas dengan warna putih, benar-benar matching dengan warna kulitmu.. Dan kembali, sekarang ini.. kamu makin elok.”
Beberapa teman wanitaku berdecak takjub menyaksikan performaku waktu itu.
“Kamu elok ya Maria ? Untung sekali kamu punyai ayah angkat seperti Erik..”
Kata Sara, rekan baikku sekalian ketawa mengejek. Sara melihat ke Erik yang duduk di atas meja sudut bersama Tomi.
“Hey Maria, Erik itu tampan sekali ya ? Temannya ..” tutur Sara sekalian ketawa kecil.
Aku juga cuma dapat ketawa, aku juga menetujuinya. Belakangan ini, kami memang menjadi kerap mengulas masalah cowok. Karena mungkin puber. Tidak lama, Aryo temanku yang kelihatannya sukai denganku tiba, sekalian memberikan hadiah, ia mencium ke-2 pipiku. Tanpa sadar pipiku bersemu merah.
Sesudah acara pesta selesai, Erik ajakku istirahat di dalam kamar hotel. Saya cukup lelah, tetapi saya suka. Dan setiba di dalam kamar, saya merengkuh Erik sekalian berterima kasih.
“Terima kasih Erik..saya sangat sayang sama Erik..”
Erik juga membalasnya dekapanku sesaat dan melepaskannya, dan ia menggenggam ke-2 lenganku sekalian melihatku dengan serius. Aku juga merasa bingung dan sedikit takut.
“..Erik ? Mengapa ? Geram yaa ? Saya..lakukan kekeliruan apa ?”
Tanpa banyak berbicara, Erik menyeretku ke arah tempat tidur, melepas dasinya dan memakainya untuk mengikat ke-2 tanganku dengan kuat. Saya memekik dan memulai menangis.
“Eriik !! Sakit !! Mengapa ??!!”
Ia melihatku dengan pandangan geram. Selanjutnya berteriak,
“Mengapa ??!! Mengapa katamu ?! Kamu itu wanita apa ??!! Masih kecil telah mengenal lelaki !! Telah kuputuskan ! Kamu harus di hukum atas perlakuanmu baru saja dan perlakuanmu dua tahun lalu !!”
Deg. Jantungku berasa stop ingat peristiwa tersebut.
“Erik geram..”, pikirku.
Aku juga merasa ketakutan. Saya takut dibenci. Saya tidak ingin kehilangan kembali orang yang kusayangi.
Mendadak, Erik menarik gaunku dengan kasar hingga jadi robek. Saya berteriak.
“Ini mengakibatkan jika menjadi wanita genit !!”
Erik menariknya kembali untuk ke-2 kalinya, baju dalamku makin kelihatan. Celana dalamku akan dilepasnya.
“Erriik !! Jangaaan !!”, saya berteriak ketakutan.
Telat, saya telah telanjang keseluruhan. Cuma beberapa sisa gaunku-lah yang tetap sembunyikan beberapa bagian badanku sedikit. Erik melihatku dengan penuh gairah. Napasnya kedengar berat sarat dengan amarah dan birahi. Ia juga meredam tanganku yang terlilit dan dekatkan bibirnya ke bibirku.
“Saya harus jadi orang pertama kali yang..”
Erik tidak menuntaskan ucapannya dan memulai melumat bibirku dengan sedikit kasar.
“Hmmmphh..”
Untuk pertamanya kali saya rasakan ada getaran yang aneh pada badanku. Kesan yang sebelumnya tidak pernah kurasakan sebelumnya.
Erik jadi berlanjut menciumku, saya dapat rasakan lidahnya memijat lidahku. Aku juga meng ikuti bermainnya, sedikit takut, sedikit ingin ketahui. Erik mulai meremas-remas payudaraku yang masih belum tumbuh sepenuhnya.
“Ahh..”
Saya mulai nikmati getaran aneh pada diriku.
“Panas..tubuhku berasa panas..Erik..” pikirku dalam hati.
Erik meneruskan kecupannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan tangannya di payudaraku semakin kuat.
“Ahhh..!!!” napasku semakin mengincar.
Mendadak Erik stop dan melihatku sekalian tersenyum misteri.
“Hmm..kamu menyenanginya bukan ? Ya kan, setan cilik ?”
Mukaku bersemu merah, tetapi terlampau takut untuk bicara, badanku tergetar luar biasa. Erik melepas bajunya dan celananya, tetap melihatiku. Saya terlampau malu untuk melihat mukanya.
“Saya rasa, kamu siap untuk permainan seterusnya..”
Erik ketawa kecil, sedikit amarah tetap sisa pada dianya. Erik menciumiku lagi, ini kali ia meremas payudaraku sekalian mengisapnya.
“Hhhhh..!!”
“Tidak ada apa-apa..jika Erik..tidak ada apa-apa.” pikirku.
Saya pejamkan mataku erat-erat saat Erik mulai masukkan ‘senjata’nya ke diriku.
“Emmm..” saya tidak berani katakan jika saya merasa sakit.
Erik mulai tidak sabar, dan ia memasukkan secara kasar.
“Aaaaahhhhhhh..!!!!”
Saya menjerit dan memulai menangis kembali. ‘Senjata’nya telah masuk diriku sepenuhnya dan sakit yang kurasakan itu agak aneh, ada kepuasan didalamnya. Saya mulai sedikit meronta sekalian berteriak. Tetapi Erik meredamku dengan kuat. Erik menciumi diriku yang tergetar luar biasa dengan sedikit paksakan. Jemu dengan tempatnya, Erik mengubah posisi badanku jadi tengkurap.
“Erriik..!! tidaaak !!” saya benar-benar malu lakukan posisi tersebut.
Tapi Erik tidak perduli dan meneruskan lagi bermainnya. Setiap badan Erik menghentak, saya menjerit sekuat-kuatnya. Erik lakukan pergerakan menghentak itu dengan teratur, dan mendadak saya rasakan getaran yang luar biasa dalam diriku, saya rasakan ‘liang’ku
menyempit karena otot-otot di badanku jadi tegang. Aku juga berteriak lebih keras dari sebelumnya.
“Ohhhh..Maria.”
Saya rasakan tangan Erik meremas pinggulku dengan kuat. Badan Erik melafalkanng, dan cairan deras juga mengucur dari ‘liang’ku. Saya mendesah panjang. Badanku tetap tergetar. Erik tetap menindihku dan memulai menciumi punggungku.
“Hhhmm.. opsiku memang pas”, gumamnya.
Saya memutuskan untuk diam. Erik berubah ke sampingku. Ia melihatiku yang tetap berlinang air mata. Tersenyum Erik mengecup kepalaku sekalian mengelusnya.
“Maria, kamu ialah punyaku seorang.. tidak ada satu juga yang bisa menyentuhmu tanpa seizin-ku.”
Erik merengkuh badanku yang kecil dengan kuat.
“Ya Erik..saya ialah punyamu. Saya akan lakukan apa yang kau perintahkan, asal kau tidak membenciku.” Saya tetap terisak.
“Anak bodoh.. Saya tidak pernah membencimu Maria..”
Dekapan Erik makin kuat. Mukaku berasa panas. Dan saya selekasnya memasukkan diriku ke dekapan Erik.

Cerita Lainnya:   Mengajak Ibu Mertua Ku Untuk Bersetubuh
Category: CERITA SEX
cersex ibu ibu cersex bibi cersex pijat cersex santri cersex ibu selingkuh cersex ibu binal

Related video