Cerita Sex Meniknati Hubungan Intim Dengan Wanita Berhijab Super Mesum

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
53 views

Salah satunya yang namanya Rinda. Rinda dan beberapa teman wanita ku beberapa menggunakan hijab, dan mereka rerata anak pengurus mushola universitas. Awalannya, Rinda dan saya tidak begitu dekat, biasa-biasa saja. Malah saya lebih dekat sama beberapa temannya.

Cersex Mertua – Ini karena, perawakan Rinda yang biasa saja. Karena selalu menggunakan pakaian gamis hijab, karena itu bentuk badannya juga tidak begitu terlihat. Tetapi makin hari, saya makin tahu bagaimana watak Rinda, mulai kita berdua jadi dekat, namun masih tetap, saya tidak tertarik ia.
Sampai sesuatu hari saya bermain ke rumah kontrakannya, di dalam rumah itu Rinda tinggal berdua dengan kakaknya, Fifi, Teh Fifi juga menggunakan hijab. Kelihatannya keluarga Rinda benar-benar soleh sekali. Rinda, meskipun menggunakan hijab dan condong kerap bicara berkenaan agama, tidak begitu fanatis, Dia masih sukai dengarkan musik2 pop yang sedang trend waktu itu. Tersebut yang membuat saya bisa terasa nyaman dekat dg ia, karena sebetulnya saya termasuk orang yang kurang dalam pengetahuan agama.
Makin hari makin kerap habiskan waktu berdua, anehnya yang ada dipikiranku bukan rasa cinta atau sukai, seperti yang umum terjadi di cinta-cerita cinta umumnya, tetapi rasa ingin mencium bibirnya dan mengisap wewangian pipinya yang saya saksikan dari jarak dekat, jarang-jarang sekali Dia memakai make-up. Kulit mukanya tidak begitu lembut, kuning langsat dan sedikit berminyak. Tetapi saya kerap mencium sedikit wewangian keringatnya saat dia dekatkan mukanya atau badannya ataupun waktu melaluiku. Kelihatannya Rinda tidak mengetahui jika saya makin bermotif sentuh beberapa bagian badannya yang tertutup dengan hijabnya.
Tiap setelah pulang dari tempat tinggalnya, saya selalu merenung di dalam kamar dan melamun bagaimana rasanya mencium bibirnya dan mengisap wewangian kulit pipinya. Bagaimana bentuk badannya; Bagaimana rambutnya bila hijabnya dilepaskan. Semua itu jadi harapan yang ujungnya membuat saya berkeinginan, sampai saya lakukan masturbasi sendiri di dalam kamar. Kuambil minyak bayi yang berada di atas meja belajar, lantas saya buka celanaku, duduk dikursi sekalian mengocak-ngocok penisku. Perlahan-lahan sekalian memikirkan Rinda ada diselangkanganku sekalian mengulum penisku. Tentu saja saya ditolong oleh media, yakni vcd porno. Terang-terangan, habis saya ‘keluar’ karena memikirkan Rinda, ada rasa deg-degan merasa berdosa, tetapi entahlah mengapa saya selalu kerjakan. Saya sadar, kalau saya tidak punyai photo Rinda.
Untuk mendapatkan photo Rinda, saya terpikir ada photo kelas yang barusan maka lantas saya repot mencari di mana saya tempatkan photo tersebut. Bertemu! Ada rinda disana, lantas saya pergi ke warnet untuk men-scan photo itu. Sesudah diletakkan di disket (saat itu tidak ada Flash disk), saya pulang dan kubuka di dalam kamar. Dengan memakai software Adobe Photoshop, saya eksperimen photo Rinda, yang mukanya saya simpan dipotret telanjang wanita asia yang lain.
Jadilah photo telanjang Rinda, dengan hijab yang tetap dikenai di kepala, tetapi dada ke bawah telanjang. Demikian menyaksikan hasil photo itu langsung saya menjadi ingin masturbasi kembali, kuambil minyak bayi-ku dan saya masturbasi di dalam kamar. (bahkan juga saat saya menulis narasi ini juga, penisku mulai berdeyut tegang). Semenjak waktu itu, saya mulai ingin terus bertemu Rinda, secara beragam langkah. Bahkan juga saat saya bermain kembali ke tempat tinggalnya, saya sembunyi-sembunyi mengambil kaosnya yang digantung di kamarnya, saat Rinda kembali bersihkan piring, ku menyembunyikan di tas, dan kujadikan media masturbasi di dalam kamar kosku.
Saya memikirkan meraba-raba tetek Rinda. “Akkhh.. ndaaa…” Kemudian saya cipratkan spermaku saat klimaks masturbasi ke kaos Rinda itu. Hal tersebut kuulangi sampai kaos Rinda menguning karena spermaku yang jadi kering. Sesuatu hari, saat saya bermain ke rumah Rinda, sukurlah hujan deras, waktu itu saya berpura-pura ingin berlindung di dalam rumah Rinda sampai hujan stop. Waktu itu di tempat tinggalnya cuma kami berdua, kakanya, Teh Fifi sedang kuliah. Lantas saya berpura-pura mengantuk dan ketiduran di karpet kamar tamunya. Saya kerjakan ini karena saya tahu semula Rinda ingin mandi , karena dia telah mengalungi handuk (Rinda masih tetap kenakan hijab walaupun di dalam rumah). Betul, Rinda yang tetap menduga saya tidur, masuk ke dalam kamar mandi.
Pintu kamar mandi Rinda sebetulnya sedikit susah untuk dilihat, tetapi saya coba melihat dari lubang kuncinya (type kuncinya masih type lama), saya geser besi kunci yang bergantung dari dalam dengan lidi, sedikit saja, saya lantas dapat menyaksikan ke kamar mandi. Ya Tuhan, saya simak puting susu Rinda, kulit badannya lebih putih dari mukanya, karena mungkin selalu tertutup hijab. Saya deg-degan sekali waktu melihatnya mandi. Karena tidak kuat, saya selekasnya pergi ke kamarnya, saya mencarinya benda yang dapat saya ‘semprotkan’ spermaku yang akan keluar penisku ini. Lantas saya menyaksikan mug/gelas punya Rinda, ku membuka dalamnya rupanya teh manis yang barusan dibikin Rinda untuk Rinda minum. Lantas saya masturbasi dan menumpahkan spermaku ke teh manis Rinda itu, entahlah apa pikiranku waktu itu, tetapi saya ingin sekali Rinda menelan spermaku. “oooh…. Ndaaa”.
Sesudah masuk ke dalam gelas, saya baru sadar, warna sperma dan teh benar-benar berlainan, teh Rinda jadi seperti berbuih sedikit, saya aduk-aduk saja. Lantas saya tutup kembali mug/gelas itu dengan tutup gelas. Deg-degan sekali saya bila Rinda sadar waktu minum teh manisnya. Saya dengar Rinda usai mandi, dia rupanya telah kenakan pakaian dalam kamar mandi (termasuk telah menggunakan hijabnya). “Hey, Ki, sudah bangun… bentar ya” Dia menyapaku dan masuk ke dalam kamar. Hari itu, saya pulang setelah hujan surut. Saya deg-degan, duh bagaimana bila rinda sadar rasa teh-nya ada yang aneh. Tetapi bodo sangatlah. Besok-besoknya rupanya Rinda berlaku seperti umumnya, kelihatannya dia tidak mengetahui. Apa dia tidak minum tehnya itu? Atau jangan2 kakanya yang minum, toh siapa saja yang minum, agar kakaknya saya oke2 saja.
Ini yang jadi cikal akan saya menjadi punyai keinginan untuk memikirkan kakaknya menjadi satu diantara dari fantasi onaniku. Sampai sesuatu hari saya dengar Rinda kecelakaan, Dia ditubruk motor sampai tidak sadarkan diri, dengar berita ini, saya dan Saiful (temanku ) pergi ke rumah Rinda hari itu .
Di dalam rumah Rinda, Hanya ada Rina (temanku sekalian teman dekat Rinda dr kecil) yang jaga Rinda yang terbujur tidak sadarkan diri di dalam kamar. Pipinya lecet dan banyak obat mereh pada tangannya. Badannya lemas, dan keringatan. Menyaksikan ini, Ya Tuhan, saya benar-benar tidak empati, malah menyaksikan Rinda lemas dan keringatan, saya menjadi ingin menghirup bau keringatnya dan menjilat mukanya dan bibirnya. Apalagi dia masih tetap saat kenakan hijabnya. Ingin kuraba dadanya yang basah oleh keringat, ah, penisku mengeras! Mendadak, masalah dari Tuhan makin jadi realita, Rina minta bantuan Saiful untuk pergi ke wartel untuk beritahukan pada orang tua Rinda di Bekasi masalah ini sekalian pergi membayar resep dokter, aku juga dengan muka munafik bersandiwara jaga Rinda sepanjang pergi.
Nampaknya Rina dan Saiful percaya denganku, karena sejauh ini di mata mereka saya sering jadi rekan yang bagus, dewasa dan paling dipercaya. Sesudah keperginya Rina dan Saiful, saya mulai mengamankan pintu, dan memulai dekati mukaku ke muka Rinda, uummmph rupanya berbau keringatnya tidak demikian harum, tetapi membuat saya menjadi gairah. Saya coba panggil-panggil nama Rinda,dan menggoyang sedikit coba menguji apa Rinda betul-betul masih tidak sadarkan diri. Sesudah saya percaya, karena itu ku mendekati bibirku ke muka Rinda, lantas saya cium bibirnya, saya membuka sedikit bibirnya gunakan jariku, untuk kumasukkan lidahku, saya jilat-jilat semua muka Rinda. Termasuk lubang telinga dan hidungnya. Saya raba teteknya, rupanya tidak demikian besar, dan empuk sekali. Penisku tegang sekali, sakit sekali rasanya dan memulai berminyak.
Saya deg-degan hebat, karena itu saya membuka celanaku, saya ingin masturbasi di muka Rinda, dan ingin menumpahkan spermaku di mulut Rinda. Tetapi ternya menjadi lebih jauh dari itu, saya membuka gamis Rinda yang seperti rok, buka celananya, saya simak celana dalamnya, vaginanya dengan bulu lebat sekali, dan baunya,… umph… sesak sekali rasanya, tetapi saya tidak peduli, celana dalamnya tidak saya membuka, saya cuma membuka celana dalam Rinda sedikit supaya saya dapat menyaksikan vaginanya yang tertutup dengan bulu kemaluan.
Entahlah apa yang menyusupi ku, saya dengan deg-degan luarbiasa, masukkan penis ke vagina Rinda, sulit sekali rupanya. “Eghhh.. mari, nda” sekalian saya bergumam. Saya ingin segera usai, takut kedapatan Rina dan Syaiful masalahnya. Pada akhirnya saya sukses, kukangkangkan kaki Rinda, saya masukan penisku, “aduh..ssh” sempit sekali yah rupanya, sulit untuk di ulur tarik (keluar masukan), walaupun sedikit bergerak, tidaklah sampai 30 detik spermaku keluar langsung, hangat dan banyak, saya membanjiri vagina Rinda yang masih belum siuman dengan sperma hangatku.
Deg2an sekali hatiku, apalagi saya terkejut rupanya, penisku berdarah, tetapi sesudah saya perhatikan, darah itu mengucur dari vagina Rinda, saya segera mengambil lap basah di dapur (masih pada kondisi tidak dengan celana) dan mengelap vagina Rinda dan selangkangannya. Saya pasangkan kembali celana Rinda seperti sebelumnya. Jujur, kakiku lemas sekali, hatiku deg-degan, dan napasku terengah-engah. Rasanya bersatu di antara takut dan suka.
Bingungnya, sesudah saya keluarkan spermaku dalam vagina Rinda, Rinda menjadi tidak menarik kembali bagiku. Saya menjadi merasa Dia benar-benar tidak menarik, dan berbau keringatnya tadi benar-benar menggairahkanku, saat ini menjadi benar-benar tidak menyenangkan. Rina dan Saiful tiba, mereka tidak berprasangka buruk sama sekalipun.
2 bulan peristiwa itu berakhir, Rinda hamil, awalannya Dia tutupi, karena saya tahu Dia kebingungan mengapa dia dapat hamil serta dia tidak yakin, karena dia merasa sebelumnya tidak pernah berhubungan seksual. Apalagi dia berhijab. Saat itu juga tidak ada seorangpun yang berprasangka buruk denganku, termasuk Rinda. Saya tinggal memasangkan muka innocent. Rina temannyalah yang pada akhirnya bercerita hal tersebut ke beberapa teman dekatku, semua beberapa teman di universitas terkejut, Rinda tak lagi masuk universitas semenjak hari itu, Dia stress.
Sekarang ini saya tidak paham kembali bagaimana nasib Rinda. Apa Dia melahirkan anak yang dikandungnya itu atau mungkin tidak. Ya, anak itu, anakku. Satu segi saya tetap merasa bersalah sampai detik ini, tetapi di lain sisi saya tak lagi pikirkannya.

Cerita Lainnya:   Cerita Dewasa Teman Suamiku, Teman Tidurku PART II
Category: CERITA SEX
cersex ibu ibu cersex bibi cersex pijat cersex santri cersex ibu selingkuh cersex ibu binal