Cerita Sex Kekasihku di Setubuhi Sampai Menjerit Kesakitan

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
9 views

Cersex MertuaNarasi Seks Kekasihku di Setubuhi Sampai Menjerit Kesakitan – narasi seks, narasi setubuhian, narasi seks threesome, narasi seks gangbang, narasi seks sodomi, narasi seks menjerit kesakitan. Saya pertama mengenal Vira saat menyaksikannya jadi mode cover dalam suatu majalah di Jakarta, selanjutnya dia jadi bintang film sinetron Era 21. Vira berusia 17 tahun, elok, kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling mengundang perhatian beberapa orang ialah buah dadanya yang bulat dan padat berisi. Semuanya orang yang melihat Vira pandangannya akan secara langsung tertarik ke buah dadanya yang membusung. Tidak besar memang, tetapi benar-benar seimbang dengan badan dan muka Vira.


Saya kenalan dengannya, pertama lewat surat selanjutnya berjumpa, kadang-kadang menghubungi dianya. Makin lama kita makin kerap berjumpa dan pembicaraan yang terdapat makin mengarah ke beberapa hal yang individu. Pada akhirnya saya membulatkan tekad untuk ajaknya keluar makan malam. Sesuatu hari saya membulatkan tekad untuk ajaknya dan rupanya Vira suka sekali dengar ajakan saya, dan secara langsung sepakat. Saya resah sekali menanti di saat jemput Vira di tempat tinggalnya.
narasi seks, narasi setubuhian, narasi seks threesome, narasi seks gangbang, narasi seks sodomi, narasi seks menjerit kesakitan
Narasi Seks Ngentot Sepulangnya kerja dan ganti baju saya jemput Vira, untuk selanjutnya makan malam dalam suatu restaurant. Di situ kami terlibat percakapan panjang lebar, kemudian diteruskan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyahkan badan dan minum. Di tengah pembicaraan di diskotik, Vira ajak saya untuk kembali lagi ke tempat tinggalnya dan meneruskan tersisa malam itu di tempat tinggalnya. Bagaimana saya dapat menampik penawaran itu?
Sepanjang perjalanan pulang Vira berbicara jika dia belum pernah merasakan hari yang menggembirakan sama seperti yang baru dia alami malam itu, dan dia berbicara, di dalam rumah kelak gantian dianya yang hendak membuat diri saya tidak lupakan malam hari ini.
Saya demikian bernafsu dan berkeinginan agar lekas-lekas sampai ke rumah Vira, saat tanpa sadar saya mengemudikan mobil melewati batasan optimal kecepatan di jalan. Mendadak saya tersadarkan saat di samping kanan telah ada mobil Polantas yang berusaha hentikan mobil saya. Saya menepikan mobil pada tempat parkir sebuah toko dan menanti Polantas barusan dekati mobil kami. Dia menanyakan akan ke mana kami hingga kami bawa mobil itu melewati batasan kecepatan. Ternyata argumen saya tidak logis hingga Polantas barusan minta STNK dan SIM saya.
Sesudah menyaksikan beberapa surat itu Polantas itu menengokkan kepalanya ke mobil kami dan lama sekali memperhatikan Vira yang duduk termenung. “Anda harus tinggalkan mobil Anda di sini dan turut saya ke kantor”, perintah Polantas barusan. Pada akhirnya sepuluh menit selanjutnya kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terasing di tepi kota.
Saat itu telah melalui jam 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak ada siapa saja terkecuali seorang Sersan yang bekerja menjaga dan Polantas yang bawa kami. Saat kami masuk, Sersan itu melihati badan Vira dari bawah sampai ke atas, terlihat sekali dia menyenangi Vira. Kami ditempatkan ke sel terpisahkan, sama-sama berseberangan.
Sepuluh menit selanjutnya, Polantas yang berusia sekitaran 40-an dan memiliki badan gendut dan Sersan yang lebih tinggi besar memiliki badan hitam, dan umurnya kurang lebih 45 tahun kembali lagi ke ruangan tahanan. Polantas barusan berbicara, “Kalian semestinya jangan berkendara sampai melewati batasan kecepatan yang terdapat. Tetapi kita bener-benar takjub, masalahnya dari semuanya yang kami tangkap baru ini kali kita bisa Narasi Seseorang yang elok seperti kamu.” Sersan barusan menyahut, “Benar sekali, ia benar-benar kualitas nomor satu!” Saya benar-benar takut dengar suara berbicara mereka, begitupun Vira yang terus-terusan ditatap oleh mereka berdua.
Mereka lantas buka sel Vira dan masuk ke. “Saat ini denger gadis manis, jika kamu berkepribadian baik, kita akan lepasin kamu dan kekasih kamu tersebut. Memahami!” Sersan barusan langsung memegang ke-2 tangan Vira sementara Polantas menarik kaos yang dikenai Vira ke atas. Dalam waktu cepat semua baju Vira sukses ditanggalkan tanpa perlawanan bermakna dari Vira yang tetap dipegangi oleh Sersan. “Wow, saksikan dadanya.” Vira terus meronta-ronta tanpa hasil, sedangkan Sersan yang nampaknya telah jemu dengan perlawanan Vira, melempar badan Vira sampai jatuh terlentang ke atas tempat tidur besi yang berada di sel Vira. Dan secara cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Vira ke kerangka di atas kepala Vira.
Selanjutnya mereka dengan bebas menggerayangi badan Vira. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Vira, selanjutnya memilin-milin puting susunya hingga saat ini buah dada Vira mengeras dan puting susunya mengacungkan ke atas. Terkadang mereka mengigit puting susu Vira, dan Vira cuma dapat meronta dan menjerit tidak memiliki daya.
Saya berdiri dalam sel di seberang Vira tidak memiliki daya untuk membantu Vira yang dikerubut oleh 2 orang tersebut. Ke-2 polisi tersebut lantas melepas baju mereka dan kelihatan terang ke-2 tangkai kemaluan mereka telah keras dan tegang dan siap untuk memerkosa Vira. Polantas memiliki tangkai kemaluan sekurang-kurangnya sekitaran 25 senti, dan Sersan memiliki tangkai kemaluan lebih besar dan panjang. Vira menjerit-jerit meminta supaya mereka stop, tetapi ke-2 polisi itu masih tetap dekatinya.
“Lebih bagus kamu tutup mulut kamu atau kita berdua dapat membuat ini semakin menyakitkan dibanding yang kamu anggap.” kata Polantas.
“Saat ini mendingan kamu bersiap buat muasin kita dengan tubuh kamu yang baik itu!”
“Ia tentu sempit sekali”, kata Sersan sekalian memasukkan jari-jarinya ke lubang kemaluan Vira.
Dia gerakkan jarinya masuk keluar, membuat Vira menggeliat kesakitan dan berusaha melepas diri.
“Benar kan, masih sempit sekali.”
Selanjutnya Polantas barusan naik ke atas tempat tidur antara ke-2 kaki Vira. Selanjutnya mereka buka kaki Vira lebar-lebar dan Polantas masukkan tangkai kemaluannya ke lubang senggama Vira. Vira keluarkan jeritan yang keras sekali, saat perlahan-lahan tangkai kemaluan Polantas buka bibir kemaluan, dan masuk senti untuk senti tanpa stop. Terkadang dia menarik sedikit tangkai kemaluannya untuk selanjutnya didorongnya lebih dalam ke lubang kemaluan Vira.
Dalam pada itu, Sersan naik dan dekati muka Vira, mengelus-elus muka Vira dengan tangkai kemaluannya. Dimulai dari dahi, pipi selanjutnya turun ke bibir. Vira menggeleng-gelengkan kepalanya supaya tidak bersinggungan dengan tangkai kemaluan Sersan yang hitam.
“Mari donk manis, membuka mulut kamu”, kata Sersan sekalian menempatkan tangkai kemaluannya di bibir Vira.
“Kamu tidak pernah merasakan punyai polisi kan?” Vira tidak bergerak.
“Membuka!” gertak Sersan.
“Membuka mulut kamu, brengsek!” Perlahan-lahan mulut Vira terbuka sedikit, dan Sersan secara langsung masukkan tangkai kemaluannya ke mulut Vira.
Mulut Vira terbuka sampai sekitaran 6 senti supaya semua tangkai kemaluan Sersan dapat masuk ke mulutnya. Tangkai kemaluan Sersan mulai bergerak masuk keluar di mulut Vira, saya menyaksikan tidak seluruhnya tangkai kemaluan Sersan dapat masuk ke dalam mulut Vira, tangkai kemaluan Sersan terlampau panjang dan besar agar dapat masuk semuanya dalam mulut Vira. Saat Sersan menarik tangkai kemaluannya kelihatan ada cairan yang keluar tangkai kemaluannya.
Julurin lidah kamu!” Vira buka mulutnya dan keluarkan lidahnya. Sersan selanjutnya menggenggam tangkai kemaluannya dan menyekakan kepala tangkai kemaluannya ke lidah Vira, membuat cairan kental yang keluar barusan melekat ke lidah Vira.
“San, ia mustahil dapat masukkan punyai Sersan ke mulutnya, agar saya coba. Giliran!” Mereka selanjutnya tukar tempat, Sersan saat ini ada antara kaki Vira dan Polantas berjongkok di dekat muka Vira.
Sersan mulai menggerakkan tangkai kemaluannya masuk ke dalam lubang senggama Vira. Kelihatan dengan kerja keras tangkai kemaluan Sersan yang lebih besar itu buka bibir kemaluan Vira yang sempit. Polantas, mengacung tangkai kemaluannya ke dalam mulut Vira. “Kamu mungkin tidak dapat masukkan punyai Sersan ke dalam mulut kamu, tetapi kamu perlu merasakan punyai saya ini, semuanya.” Dengan kasar dia menggerakkan tangkai kemaluannya masuk ke dalam mulut Vira, hingga kemudian tangkai kemaluan itu masuk semuanya sampai saat ini testis Polantas ada di muka Vira. Dia selanjutnya menarik tangkai kemaluannya sesaat untuk selanjutnya didorongnya lagi masuk ke dalam kerongkongan Vira. Sesudah 5 kali, masuk keluar, Polantas tidak dapat kembali meredam orgasmenya.
“Saya keluuarrhh. Aaahhh!” Dia tidak menarik tangkai kemaluannya keluar mulut Vira, tangkai kemaluannya terlihat tergetar berejakulasi di kerongkongan Vira, menyemprot sperma masuk ke dalam kerongkongannya. Saya dengar Vira berusaha menjerit, saat sperma Sersan mengucur masuk ke dalam perutnya. Kelihatan sekali Sersan yang capai pucuk kepuasan tidak mengetahui Vira meronta-ronta berusaha cari udara.
“Iyya… yaah! Telleeen semuaa! Aaahhh… aahhh… nikhmaattt!”
Saat usai dia menarik keluar tangkai kemaluannya dan Vira langsung megap-megap mengisap udara, dan terbatuk-batuk keluarkan sperma yang lekat dan warna putih. Vira berusaha meludahkan sperma yang masih tetap ada di mulutnya. Polantas ketawa menyaksikan Vira terbatuk-batuk, “Mengapa? Tidak sukai rasanya? Tenang saja, esok pagi, kamu tentu sudah terlatih sama itu!”
Sementara Sersan yang tetap mengerjai kemaluan Vira saat ini justru menggenggam pinggul Vira dan membalik badan Vira. Vira dengan badan berkeringat dan sperma yang melekat di mukanya tersadarkan apa yang hendak dilaksanakan Sersan pada dianya, saat dirasanya tangkai kemaluan Sersan mulai melekat di lubang anusnya.
“Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan…”
“Aaahkk! Jangaaan!”
Vira menjerit-jerit saat kepala tangkai kemaluan Sersan sukses memaksakan masuk ke dalam lubang anusnya. Muka Vira pucat rasakan sakit yang sangat benar-benar saat tangkai kemaluan Sersan menggerakkan masuk ke dalam lubang anusnya yang kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha masukkan tangkai kemaluannya ke anus Vira. Perlahan-lahan, senti untuk senti tangkai kemaluan itu terbenam masuk ke dalam anus Vira. Vira terus menjerit-jerit meminta ampun saat perlahan-lahan tangkai kemaluan Sersan masuk semuanya ke anusnya. Pada akhirnya saat semua tangkai kemaluan Sersan masuk, Vira cuma dapat mendesah dan mengeluh kesakitan rasakan benda besar yang saat ini masuk ke anusnya.
Sersan istirahat sesaat, sebelum akan memulai bergerak masuk keluar. Kembali Vira menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa welas asih. Tangkai kemaluannya bergerak masuk keluar secara cepat, membuat testisnya menampar-nampar bokong Vira. Sersan tidak perduli dengar Vira berteriak kesakitan dan menjerit meminta ampun saat sodomi itu berjalan.
Saya menyaksikan berkali-kali tangkai kemaluan Sersan masuk keluar anus Vira tiada henti. Pada akhirnya Sersan capai orgasme dia menarik tangkai kemaluannya dan sperma menyemprotkan keluar menyemburkan ke punggung Vira, selanjutnya menyemburkan ke bokong Vira dan mengucur turun ke pahanya, dan paling akhir Sersan masukkan lagi tangkai kemaluannya ke anus Vira kembali dan menyemprot beberapa sisa spermanya ke anus Vira. Sersan selanjutnya melepas pegangannya dari pinggul Vira dan berdua dengan Polantas mereka keluar sel dan mengamankannya. Saya masih bisa dengar Sersan berbicara pada Polantas, “Bokong terhebat yang dulu pernah ada. Ia benar-benar sempit!”
Pagi hari, saat Vira kecapekan menangis dan mendesah, mereka berdua dengan cara sempoyong dan dengan botol bir pada tangan masuk kembali ke sel Vira. Mereka menyepak badan Vira supaya terjaga dan mereka mulai memerkosanya kembali. Saat ini Polantas menyodomi Vira sementara Sersan tiduran di bawah Vira dan masukkan tangkai kemaluannya ke kemaluan Vira.
Selanjutnya mereka ganti posisi. Mereka menganiaya Vira dengan masukkan botol bir ke lubang kemaluan dan anusnya sementara tangkai kemaluan mereka dimasukkan pada mulut Vira. Mereka terus ganti posisi dan Vira terus-terusan menjerit dan menjerit sampai pada akhirnya dia kecapekan dan tidak sadar diri. Menyaksikan itu beberapa polisi itu cuma ketawa terpingkal-pingkal tinggalkan badan Vira yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.
Esok paginya, Sersan masuk dan buka sel kami.
“Kalian bisa pergi.”
Saya menolong Vira kenakan bajunya. Badannya kurang kuat lesu bau bir dan sperma-sperma kering tetap melekat di badannya. Kami keluar dari kantor polisi itu dan pada akhirnya sampai ke rumah Vira. Selanjutnya saya bersihkan badan Vira dan menidurkannya. Saat saya tinggal, saya dengar dia mendesah, “Jangan Pak, ampun Pak, sakit… ampuunn… sakiiit…”.

Cerita Lainnya:   Cerita Dewasa Maniku Yang Muncrat Di Memek Mahasiswi
Category: CERITA SEX
cersex ibu ibu cersex bibi cersex pijat cersex santri cersex ibu selingkuh cersex ibu binal