Sebetulnya saya tidak begitu suka sama perempuan yang chubby, tetapi karena setiap hari bertemu, semakin lama menjadi juga tertarik seperti kata peribahasa jawa yen trisno jalaran soko tidak ono liane (ha..ha, telah diubah rupayanya peribahasa jawa ini) yang maknanya kira2 secara terjemahan bebas karena kerap bertemu lama2 menjadi sukai. Saya kerap bercakap sesaat dengan Imas kalau cocok papasan dimuka rumah.
Cersex Mertua – Sesuatu saat saya sedang bersihkan mobilku. Imas sedang nyapu halaman, pengemudinya telah mudik mo lebaran dikampungnya yang didaerah banten, satu daerah dengan Imas.
“Kamu tidak pulang Mas”, saya buka perbincangan sambil mengelap mobilku. Tembok pemisah di antara rumahku dan tempat tinggalnya tidak tinggi hingga kita bisa sama-sama simak.
“Tidak om”. Memang ia umumnya panggil saya om kalau bertemu.
“Napa”, tanyaku. “Ibu ingin berlibur ke bali sama sodara2nya, menjadi Imas tidak dikasih pulang. Disuru nungguin rumah”. “Tidak takut kamu sendiri di dalam rumah. Kalau lebaran kan umumnya komplex kita ini sepi sekali”.
“Takut sich om, om ndiri tidak berlibur”.
“Saya mah di rumah saja, nemenin kamu dech agar tidak takut”, godaku sekalian tersenyum.
“Om sich tinggal sendiri, tidak punyai istri ya om atau…. dah cere”.
“Saya dah cere Mas, istriku ada di Cirebon sama ortunya. Kami memang belon punyai anak”.
“Maaas”, kedengar panggilan dari dalam tempat tinggalnya, ternyata sang ibu manggil.
“nanti ya Om’, kata Imas sekalian tinggalkan saya, masuk kerumahnya.
Selang beberapa saat Imas keluar kembali, nemenin saya bercakap.
“Napa mas”, tanyaku.
“Ibu suruh Imas mencari taksi, ia dah mo brangkat ke rumah sodaranya. Gagasannya esok mereka pergi ke bali. Imas tinggal dahulu ya om”.
Imas keluar dari rumah, jalan cari taksi keluar komplex. Saya melihati Imas dari beralakng. Bokongnya yang lebih besar bergerak sensual sekali meng ikuti ayunan jalannya. Imas sehari2 selalu kenakan celana gombrang 3/4 dan kaos yang kendur. Meskipun celananya gombrang, bokongnya yang bahenol itu memikat buat jadi perhatian. Tiba-tiba Imas nengok kearahku dan ia tersenyum. Saya menjadi tersipu2 karena kedapatan kembali melihati ia dari belakang, kagum menyaksikan geolan bokongnya. Saya dah usai bersihkan mobilku, saya memang tinggal sendiri, pembantuku yang part time (cuma tiba untuk bersihkan rumah, nyuci dan setrika saja, telah lama mudik lebih dulu.
Tidak lama kedengar ibu sedang berbicara dengan Imas, saya cuma melihat dari jendela, kusaksikan Imas sedang masukkan koper sang ibu ke bagasi taksi dan selang beberapa saat taksi melesat tinggalkan Imas sendiri. Selekasnya saya keluar dari rumah.
“Dah brangkat ya Mas”.
“Dah om. Barusan om melihatin Imas saja, napa sich”. Berani Imas ajak saya mengulas kelakuanku.
“Setelah bokong kamu bahenol sekali Mas”, godaku.
“Ih sang om mulai genit dech, mentang2 ibu dah pergi. Kalau ada ibu om tidak brani yaa”, ia balas mengusikku.
“Imas mo ditemeni tidak?” saya to the poin saja nawarin.
“Iya om, sbenarnya Imas takut sendiri kalau malem”.
“Ya sudah, kelak malem Imas tidur dirumahku saja, ada indekosong kok. Atau mo sekamar dengan aku?” godaku selanjutnya.
“Ih sang om semakin genit saja”, kusaksikan Imas tersipu2 dengar gurauanku yang semakin mengarah.
Itil V3
“Kalau ingin, saya tidak tersinggung lo”.
“Tersinggung apanya om”. “Tersinggung itunya”.
“Ya sudah, nanti setelah magrib dech ya om, Imas mo beberes dahulu”.
Saya bersorak dalam hati saat Imas menyetujui tawaranku. Saya dah lama merendam napsuku menyaksikan body Imas. Agar chubby Imas menggairahkan . Toketnya cukup besar, bulu tangan dan kakinya panjang2, lagian di atas bibir imutnya ada kumis yang tipis. Tentulah jembutnya lebat dan napsunya besar.
Sorenya, bakda magrib, kedengar Imas panggil2,
“Om, om”. Saya selekasnya keluar dari rumah. Kusaksikan sepi sekali sekitaran rumah kami. Imas terlihat ceria dengan “seragam tempat tinggalnya”. Rambutnya yang sebahu hanya diikat karet saja. Satpam komplex belum tersebar.
“Dah dikunciin semua Mas, lampu luar dinyalain. Lampu dalam hidupin satu yang watnya kecil, agar tidak diduga rumah kosong. Gas buat kompor dan water heater dah dimatiin?”
“Dah kok om, Imas ke arah tempat om saat ini ya”.
“La iyalah,masak mo esok ketempat akunya”. Imas selekasnya mengunci pager tempat tinggalnya dan masuk ke dalam rumahku.
“Om, punyai makanan mentah tidak, kalau ada Imas masakin”, ucapnya sekalian ngeloyor ke dapur.
Karena ruma dikomplexku dibuatnya seragam, karena itu pembagian ruangannya sama, tidaklah aneh Imas tahu di mana tempat dapur. Saya keluarkan sayur dan daging dari almari es, dan memberi ke Imas. Selekasnya Imas repot mempersiapkan masakan untuk aku. Saya selekasnya mandi dan saat telah usai mandi makanan dah ada di atas meja makan. Nasi tersisa siang tadi juga telah diangetin.
“Yok Mas, kita makan bersama”, ajakku.
“Tidak ah, masak Imas makan semeja bersama om”.
“Ya tidak apa kan, kamu kan bukan pembantuku, malem ini kamu tamuku. Dah bagus tamu membantuin nyiapin makan malem”, saya tarik tangannya dan mendudukkan dikursi disamping kursiku. Karena Imas cuma sediakan 1 piring dan sendok garpu dan satu gelas air minum, saya selekasnya ke dapur untuk ambil perlengkapan makan buat Imas.
“Tidak perlu om, agar Imas mengambil sendiri”, Imas bergerak bangkit dari kursinya.
“Tidak apa, giliran. Kamu dah masakin buat kau, saya hanya ngambilin perlengkapan makan saja kok untuk kamu”. Situasi selekasnya jadi cair, kamu bercakap ngalor ngidul sambil makan.
Imas bercerita latar belakangnya. Ia sebetulnya janda, masih terbilang muda sekali ia dikawinkan seorang kakek2 didesanya, baru usia 15,saat ini Imas usia 19. Alesannya classic. Bapaknya Imas hutang ama sang kakek dan tidak dapat ngelunasin, karena itu Imas di”gade”in sebagai pelunas hutang bapaknya, seperti crita film sinetron saja yach. Perkawinan hanya tahan satu tahun, terus Imas dicerein, karena tidak ada pekerjaan di daerah Imas mengelana ke Jakarta dan mencari pekerjaan sebagai prt, dan tentu saja ktemu saya (ha ha).
“Trus suami kamu kenikmatan donk mrawanin abg bahenol kaya kamu”.
“Ah Imas mah hanya menjalankan pekerjaan sebagai istri saja. Cepat sekali om, baru masuk, goyang sbentar dah keluar. Imas mah tidak pernah tuch merasakan nikmat sama seperti yang orang2 sukai katakan kalau kawin itu nikmat”
“Kasian dech kamu, kalau saya yang memberi nikmat ingin tidak”, perkataanku semakin mengarah saja.
“Om lama-lama semakin genit ih, nanti Imas kembali ke rumah lo kalau digenitin terus”, ucapnya sekalian senyuman manja.
“Oh tidak ingin hanya digenitin toh, abisnya Imas penginnya diapain”.
“Tidak tahu ah”, ucapnya sekalian cemberut tetapi tersenyum (Hayo, bagaimana tuch gestur orang yang cemberut campur tersenyum, kebingungan kan. Ines saja kebingungan kok).
“Kamu satu tahun kawin kok tidak hamil Mas, dihindari ya”.
“Iya om, suami Imas tidak mo punyai anak kembali.
Anaknya dariistrinya yang laen dah banyak ucapnya”.
“Terus kamu tidak pernah ingin merasakan enaknya Mas”.
“Ingin sich om, tetapi kan tidak ada rivalnya”.
“Saat ini ada kan”.
“Siapa om”.
“Saya”.
“Ih sang om, Imas mo pulang saja ah”, ia lagi cemberut, tetapi saya tahu kalau ia sebetulnya suka dengan masalahku karena ia tetap tidak bergerak dari kursinya.
Makan malam usai. Berdua kami membenahi meja makan, Imas nyuci prabotan makan, sedangkan saya mempersiapkan film bokep untuk memancing Imas ke lebih asyik. Pintu rumah dah kututup, tirai jendela dah kuturunkan . Situasi di ruangan tamu kubuat temaram dengan hidupkan lampu kecil saja.
Suasanya berbeda menjadi agak romantis. Saya duduk di atas sofa, Imas mendekati saya dan duduk diubin.
“Jangan diubin atuh Mas, sini duduk disamping saya. Inget kamu bukan pembantu saya lo”.
Imas selekasnya duduk disebelahku, meskipun jauh.
“Kok lampunya digelapin sich om”.
“Kan kita mo menonton film, kamu sebelumnya pernah menonton bioskop tidak”.
“Sebelumnya pernah sich om, waktu setelah kawin Imas dibawa suami menonton bioskop”.
“Di daerah kamu ada bioskop “.
“Iya om bioskop murahan”.
“Kalau mo maen filmnya lampu di bioskop digelapin kan”.
“Iya om, emangnya kita mo menonton film apaan sich, hebat tidak om filmnya”.
“Ya tentu serulah, mungkin kamu tidak pernah menonton film sama seperti yang mo saya putar”.
“Film apaan sich om”, Imas kelihatannya menjadi ingin tahu.
“Dah menonton saja”, saya putar filmnya. Tidak sama wajarnya film bokep, film yang kuputar ada critanya.
Menjadi pendahuluannya ditampilkan sepasang manusia berbeda warna kulit, yang ceweknya orang Asia, kelihatannya orang thai, dan cowoknya negro. Episode awalnya enceritakan bagaimana mereka bertemu, jalan bersama-sama dan pada akhirnya berpacaran. Settingnya berganti ke rumah sang negro, mereka kecupan di atas sofa sekalian mulai sama-sama meraba-raba dan meremas. “Ih kok tidak malu ya om, gituan diperlihatkan ke orang2″. Kusaksikan Imas melihat hebat ke monitor tv, ia mulai tenggelam dengan episode sama-sama cium dan remas. Ceweknya dah tinggal pakai bra dan cd, begitupun cowoknya. kontol sang negro yang dah ngaceng muncul di bagian atas cdnya.
“Ih, besar sekali yak. Punyai suami Imas tidak sege itu”. Imas terus melihat kelayar tv hingga ia tidak sadar kalau saya pelan2 geser dudukku mendekat kerahnya. Satu tanganku kulingkarkan ke pundaknya, meskipun tetap di atas tepian sofa. Waktu cowoknya mulai masukkan kontolku ke nonok sang cewek, mulai kedengar serenade wajib film bokep, ah dan uh. Imas keliatannya semakin terlarut dalam episode yang dilihatnya.
“Sebelumnya pernah menonton film ginian Mas”.
“Tidak pernah om”. Saya mulai aksiku. Tanganku meraba-raba tengkuknya.
“Om geli ah”, Imas bergidik. Saya melanjutkan aksiku. Dudukku semakin mendekat, Imas kupeluk dan kucium pipinya.
“Om, ah”, tetapi matanya tetep saja rekat ke tv menyantap episode doggie sekalian ah uh. Saya mengelus2 bahunya dengan tangan satunya, pipinya kusentuh dan kucium kembali. Saat ini Imas diam saja. Jariku semakin kebawah saja, mengelus pipi, langsung ke leher.
Imas menggelinjang kegelian tetapi tetep diam saja. Kelihatannya ia telah tenggelam karena melihat tontonan syur tersebut. Pelan2 kusentuh toketnya, berasa besar dan kenyal. Karena Imas diam saja, saya semakin berani, kuremas perlahan toketnya sekalian mencium lagi telinganya. Imas mendesah perlahan tetapi biarkan elusan di toketnya beralih menjadi remasan.
“Ooom”, lenguhnya kembali nikmati remasanku di toketnya.
Saya mematikan film dengan remote, selekasnya Imas kurengkuh dalam dekapanku dan kucium bibirnya.Dengan penuh napsu kuremas2 toket Imas. Imas menggelinjang2 saja, kelihatannya napsunya semakin berkobar.Remasanku di toketnya beralih2 dari 1 toket ke toket lainnya.
“Mas, saya membuka ya kaos kamu agar dapat ngeremes langsung. Rasanya berbeda dech Mas kalau diremes langsung. Suami kamu kaya begini”.
“Tidak om, suami Imas dahulu mah masuk langsung saja tidak pakai pendahuluan… eegh”. Kaosnya langsung kubuka keatas. Imas meningkatkan tangannya keatas hingga memudahkan saya melepaskan kaosnya.
Toketnya yang lebih besar kencang sepertinga tidak tertampung di branya. Kembali saya mencium bibirnya, sambil tanganku meraba-raba kepunggungnya untuk melepaskan hubungan branya, dan sukses. Bra selekasnya kusingkirkan dari tempatnya. Toket Imas yang bulat dan kuat dihias pentil yang kecil kecoklat-coklatan. Saya selekasnya meneruskan kecupanku dibibir imut Imas, lidah kujulurkan masuk ke dalam mulut Imas. Ternyata ia memahami perlu ngapain dengan lidahku. Ia mengisap-hisap lidahku dan menyentuhkan lidahnya. Lidah kami juga sama-sama bebelit, sedangkan pentilnya kuplintir2 perlahan hingga pelan2 mengeras. Imas melenguh terus, saat saya mulai menggosok selangkangannya di luar celana gombrangnya.
“Ooom”, lenguhnya. Selangkangannya terus kogosok halus sekalian tangan satunya memlintir2 pentilnya,terkadang meremes2 toketnya. Imas dah pasrah saja dengan yang saya kerjakan pada badan bahenolnya.
“Mas, saya lepasin ya celana kamu”, tidak tunggu persetujuannya, saya buka retsleting celana Imas dan memlorotkannya. Imas mengusung bokongnya untuk memudahkan saya melepaskan celana gombrangnya. Tinggallah Imas pakai cd yang tipis. Betul sangkaanku, jembutnya lebat sekali, sampai sejumlah lembar muncul pada lingkar pahanya.
Kuelus2 terus belahan nonoknya daru luar cdnya. Cd nya dah basah, ternyata Imas dah benar-benar bernapsu jadi.
“Mas, jembut kamu lebat skale, tentu napsu kamu besar yach”. Imas cuma menggelinjang2 saja, dan melenguh2 kenikmatan nikmati kegiatan tanganku pada dada dan selangkangannya.
“Mas, kamu dah napsu ya, cd kamu dah basah ini. Saya lepas ya”. Saya selekasnya menarik cdnya ke bawah. Satu kali lagi Imas mengusung bokongnya sehingg meluncurlah cdnya tinggalkan badannya. Saat ini Imas telah bertelanjang bundar dimukaku. Badannya yang putih dengan toket besar dan tetap kuat sekali, pentil kecil yang dah mengeras dan beberapa kumpulan jembut lebat berwujud segitiga yang pucuknya ke arah nonoknya.
“Mas, terusin dikamarku yok”, saya menggamit tangannya dan menariknya ke kamarku.
Imas kubaringkan di tempat tidur dan selekasnya saya melepas semuanya yang menempel dibadanku.
“Om, besar sekali kontolnya, kaya yang di film barusan”. Imas membelalak menyaksikan kontolku yang telah ngaceng dengan kerasnya. Memang kontolku ukuran ekstra large buat standar Indonesia, tetapi itu yang membuat wanita yang dulu pernah saya entot tergeletak lemas dan nikmat. Kami berdua sudah bertelanjang bundar. Saya selekasnya tiduran disamping Imas. Pentilnya kupilin membuat Imas mengeluh kepuasan. Selanjutnya paha Imas kukangkangkan, jembutnya yang lebat tutupi wilayah nonoknya. Saya tengkurap di selangkangannya dan memulai menjilat-jilati nonoknya. Imas semakin mengerang2. Gempuran kulakukan berganti-gantian disemua titik peka di badan Imas.
Berganti-gantian dengan bibir bawahnya, saya melumat bibir atasnya sekalian meremas2 toketnya yang mulai mengeras tersebut. Selanjutnya saya kembali kebawah menjilat-jilati pahanya sekalian ke-2 tanganku masing-masing bergerilya pada toket dan nonok Imas.
“Aduh om, nikmat sekali. ahh!” kata Imas. Jilatanku mulai menjalar naik sampai pada akhirnya kulumat dan kuremas toket Imas dengan berganti-gantian, sedangkan tanganku masih mengobok-obok nonoknya. Desahan Imas ketahan karena sedang berciuman denganku. Badannya menggelinjang-geliat rasakan nikmat. Senang menetek pada Imas, saya siap-siap masuk nonok Imas dengan kontolku. Saya menempatkan diriku antara ke-2 iris paha Imas dan menggenggam kontolku mengarah nonoknya.
“Aagh”, erang Imas saat saya menggerakkan kontolku secara bergairah.
“Napa Mas, nikmat?” kataku sekalian meremasi ke-2 toketnya yang telah basah dan merah karena kusedot2.
“Besar sekali om, nonok Imas ampe sesek rasanya”.
“Tetapi nikmat kan”.
“Nikmat sekali om, Imas blon sebelumnya pernah merasakan ngen tot senikmat ini”. Saya menyikatkan kontolku dengan keras hingga Imas juga tidak dapat meredam jeritannya. Saya mulai mengolah Imas dengan pacuanku. Dengan terus menyikati Imas, saya raih toketnya yang kiri, sebelumnya kubelai secara halus tetapi semakin lama saya makin keras mencengkeramnya. Saya mencaplok toket yang satunya. Imas yang memahami apa mauku, selekasnya membusungkan dadanya di depan hingga toketnya juga semakin membusung. Saya menjulurkan lidahku untuk menjilat-jilati pentilnya hingga semakin mengeras saja. Imas merasa geli bersatu nikmat. Ia mendesah tidak karuan rasakan kepuasan yang tidak pernah dirasanya. Kecupanku menjalar naik dari toketnya sampai hinggap di bibirnya,kami berciuman dengan penuh gairah sampai ludah kami bersatu baur.
“Aahh.. oohh.. Imas ingin pipis rasanya.. om!” erang Imas bersama dengan badannya melafalkanng.
Menyaksikan reaksi Imas, saya makin memperdahsyat sikatanku dan makin garang meremas toketnya. Pada akhirnya Imas nyampe, badannya melafalkanng luar biasa dan cairan nonoknya berleleran dipahanya. Erangannya penuhi kamar ini membuat saya makin liar.
“Itu bukan pipis Mas, itu pertanda kamu mo nyampe, nikmat kan”.
“Sekali om.. aaah”.
“Mas mengganti posisi yok, kamu saat ini nungging dech”, kataku sekalian mengambil kontolku dari nonoknya.kontolku berlumuran cairan lendir Imas yang menyemburkan hebat saat ia nyampe.
“Mo dimasukin ke bokong ya om, tidak ingin ah”.
“Ngapain dipantat Mas, nonok kamu peret sekali, sedap sekali dien otnya’.
“Setelah kontol om besar sekali sich, nonok Imas pan tidak pernah bungkusukan kontol segede kontol om, karena itu kerasa peret sekali”. Imas juga nungging di tepi tempat tidur dan saya berdiri ada di belakangnya. Badannya yang dalam posisi telungkup kuangkat di bagian pinggul hingga lebih menungging. Saya buka lebar bibir nonoknya dan menyentuhkan kepala kontolku disana. Benda itu perlahan-lahan mendesak masuk ke dalam nonoknya.
“Heghh..heghmm…”, lenguhnya saat kontolku masuk. Imas mendesis dan memulai menggeliat. Kepala kontolku pelan-pelan mulai menyingkap bibir nonoknya yang basah. Saya menekan kontolku dikit demi sedikit. Imas mulai mendesah-desah. Tiba2 saya menyurukkan kontolku ke nonoknya.
“Aaa..”, jeritnya keras. Matanya membelalak. kontolku menancap dalam sekali di nonoknya.
Selanjutnya saya mulai menggerakkan kontolku masuk keluar.
“Lebih keras om”, erangnya. Saya memompa kontolku masuk keluar makin semangat. Keringat mengalir dari semua badanku, bersatu dengan keringatnya.
” Om, Imas ingin pipis kembali”, kataku terputus-putus.
“Saya “, sahutku. Saya tingkatkan kecepatan pacuan kontolku. Imas menjerit-jerit makin keras, dan merengkuh saya erat-erat. Ia telah nyampe. Pada akhirnya dengan 1 hentakan keras saya memasukkan kontolku dalam-dalam. Imas menjerit keras. Pejuku muncrat dalam nonoknya 5 atau 6 kali.
“Edan Mas, nonok kamu sedap sekali, sempit sekali”. ucapnya.
“kontol om keras sekali, enak…” jawabannya. saya roboh kecapaian.
“Istirahat dahulu ya Mas”.
“Emangnya om masih mo kembali”.
“So tentu donk mas, sedap ini mah tidak bole disia2kan. Kamu nikmat kan, masih ingin kembali kan”.
“Iya om, nikmat sekali”.
“Iya nikmat apa iya ingin kembali”.
“Dua2nya om”. kontolku yang melemas lepas dari capitan nonok peretnya. Saya selekasnya ambil minum untuk Imas dan saya sendiri.
Imas senang dengan service yang saya beri, mungkin ia tidak pernah seumur2 diambilkan minum.
“Om, Imas sukai dech ama om, om perlakukan Imas seperti istri om”. Saya terharu dengar ucapannya.
Nafsuku masih tinggi. Sesudah saya merasa Imas cukup istirahatnya, saya selekasnya mengawali ronde ke-2 , pemanasan kembali, agar Imas napsu sekali. Aku juga tiduran disampingnya, Imas menyongsong saya dengan dekapannya. Saya mengelusi punggungnya, turun terus sampai meremas bongkahan bokongnya. Sementara tangan Imas turun juga raih kontolku.
“Edan nih kontol, sudah keras kembali..kan baru ngecret om?” tanyanya waktu memegang kontolku yang mulai mengeras. Aku juga mulai menciumi telinganya,lidahku mencari belakang telinganya, bermain di lubangnya.
Dengusan napas dan lidahku membuat Imas merasa geli dan menggelinjang-geliat. Selanjutnya saya melumat bibirnya dengan garang, lidahku sapu langit-langit mulutnya. Imas memberi respon dengan mengulum lidahku.
Semakin pakar ia berciuman, siapa dahulu gurunya donk (ha ha). Tanganku meraba-raba kebawah ke nonoknya yang telah basah kembali, karena napsunya rupanya sudah begitu tingginya. Saya tidak sabar agar selekasnya ngentoti Imas kembali. Selekasnya Imas kunaiki. Pahanya kukangkangkan. Saat kuraih kontolku kutuntun mengarah nonoknya, tangan kanan Imas turut membimbing kontolku ke arah target. Saat kepala kontolku sentuh bibir nonoknya, saya memencetnya ke, mulutnya menggumam ketahan karena sedang berciuman denganku. Lantas kutekan kembali dengan keras hingga kontolku menerobos ke dan tenggelam seutuhnya dalam nonoknya. Imas menghentak-hentakkan bokongnya ke atas supaya kontolku masuk lebih dalam . Imas termenung sesaat merasa kan kesan yang hebat ini. Lantas pelan-pelan saya mulai mengenjotkan kontolku. Imas memutar2 bokongnya untuk membesarkan rasa nikmat.
Toketnya tergoncang-goncang selaras dengan pacuanku di nonoknya. Matanya terpejam dan bibirku terbuka,berdesis-desis meredamkan rasa nikmat. Desisan itu beralih menjadi erangan dan pada akhirnya jadi jeritan. Imas tidak dapat meredam rintihannya tiap saya menusukkan kontolku, badannya tergetar luar biasa karena tarikan dan dorongan kontolku pada nonoknya. Pinggul Imas turun naik berkali kali meng ikuti pergerakanku. Jeritannya semakin menjadi. Saya membekap jeritannya dengan mulutku. Lidahku berjumpa lidahnya. Sementara di bawah sana kontolku bebas bertanding dengan nonoknya.
“Oh..”,erangnya, “Lebih keras om, lebih keras .. Lebih keras.. Oooaah!” Tangannya melingkar merengkuh saya ketat. Kuku-kukunya berasa mencakari punggungku. Pahanya makin lebar mengangkang. Kedengar bunyi kecipak lendir nonoknya selaras dengan enjotan kontolku. “Saya ingin ngecret, Mas”, bisikku di antara napasku mengincar. “Imas om”, sahutnya. Saya percepat enjotan kontolku.
Keringatku mengucur dan bersatu dengan keringatnya. Bibir kutekan ke bibirnya. Ke-2 tanganku mencengkeram ke-2 toketnya. Disertai marahan keras saya menghentakkan bokongku dan kontolku tenggelam sedalam-dalamnya. Pejuku terpancar lagi deras. Imas juga melolong panjang dan menghentakkan bokongnya ke atas terima kontolku sedalam-dalamnya. Ke-2 pahanya naik dan membelit bokongku. Imas juga capai pucuknya. kontolku berasa berdenyut memuntahkan pejuku ke nonoknya. Beberapa menit selanjutnya tubuhku terkulai lemas, begitupun Imas. Ia tergeletak di tempat tidur, ke-2 toketnya terlihat bergerak turun naik bersamaan desah napasnya.
Kami tergeletak dan tertidur kecapekan, tidak tahu berapakah lama. Tetapi selanjutnya saya terjaga sebab menganggap ada remasan di kontolku. Kusaksikan Imas sedang menelungkup dikakiku. kontolku dielus dan diermas2nya.
“Om, Imas kok ingin kembali ya”. Benar kan, wanita dengan jembut yang lebat napsunya besar sekali, maunya dien tot berulang2, walau sebenarnya ia barusan sampai teler saya en tot. Ia menundukkan tubuh untuk masukkan kontolku ke mulutnya, benda itu dikulumnya rakus. Saya selekasnya putar tubuhku hingga kami ada di posisi 69. Saya mempergencar rangsangan dengan menciumi kakinya dimulai dari betis, tumit, sampai jari-jari kakinya. Imas menjadi semakin edan dengan tindakan semacam itu.
“Ahh.. om, kok ingin sich nyiumin kaki Imas”.
“Tidak papah Mas, kamu isep terus donk kontolku”. Jilatanku selanjutnya berpindah kepahanya.
Imas automatis mengangkangkan pahanya hingga saya dapat terhubung wilayah nonoknya secara gampang.
“Om sedap sekali.. masukkan saja saat ini!” rintihnya manja sekalian mengocak2 kontolku yang sangat keras itu, selanjutnya diemutnya lagi.
Pada akhirnya saya mengakhiri gempuran awalnya. Imas kunaiki dan saya menggesekkan kontolku ke bibir nonoknya. Selanjutnya kudorong kontolku memotong nonok Imas disertai desahan nikmat. Saya meremas toket kirinya dan memlintir2 pentilnya. Imas yang telah napsu tambah menggeliat saat saya percepat kocokanku pada nonoknya. Gempuranku pada nonok Imas makin cepat hingga badannya menggeliat luar biasa.
“Aaakhh..aahh!” jerit Imas dengan meliukkan badannya ke atas. Imas sudah nyampe.
Tanpa memberikan peluang istirahat, saya meningkatkan Imas ke pangkuanku dengan posisi membelakangi. Kembali nonok Imas kukocok dengan kontolku. Meskipun masih lemas ia mulai menggoyahkan bokongnya meng ikuti kocokan kontolku. Saya yang merasa kenikmatan cuma dapat mengeluh sekalian meremas bokong Imas, nikmati pijatan nonoknya.
Jemu dengan style berpangkuan, saya tiduran terlentang dan biarkan Imas bergoyang di atas kontolku. Dengan masih tetap berciuman saya mengenjotkan kontolku ke nonoknya, kontolku yang sangat keras tanpa rintangan secara langsung menerobos nonoknya, bersarang sedalam-dalamnya. Berasa sangat nikmat. Ke-2 toketnya kuremas2 dengan penuh napsu. Saya mengenjotkan kontolku dari bawah secara cepat, ini membuat Imas mengeluh keras dan kelihatannya mau nyampe kembali.
Baru sebentargoyang ia mau nyampe karena sangat enaknya. Imas jadi makin liar saat menggoyang bokongnya. Ia telah semakin terangsang hingga pada akhirnya tubuhnya melafalkanng-ngejang disertai erangan kepuasan.
“Auu.. om!” jeritnya. Untuk sesaat kami termenung. Dia merengkuhku erat-erat.
“Mas, saya belum ngecret kok kamu sudah nyampe”, ucapnya.
“Aacchh..!!”, Imas mengeluh keras.
Rambutnya kujambak hingga mukanya mendangak keatas. Sekalian terus memacu nonoknya, tanganku meremas2 ke-2 toketnya yang bergetar2 karena enjotanku yang keras, selaras dengan masuk keluarnya kontolku di nonoknya. Kedengar bunyi kecipak cairan nonoknya, Imas juga terus mendesah dan melenguh. Dengar itu semua, saya makin bergairah.
Enjotan kontol kupercepat, hingga erangan dan lenguhannya semakin menjadi2.
“Oohh..! Lebih keras om.Mari, cepat. Cepat. Lebih keras lagi i!” Keringatku deras menetesi punggungnya. Mukaku juga sudah basah oleh keringat. Rambutnya makin keras kusentak.
Kepalanya makin mendangak. Dan pada akhirnya dengan 1 sentakan keras, saya memasukkan kontolku sedalam-dalamnya. Imas menjerit karena kembali nyampe. Saya terus meremas2 toketnya dengan penuh gairah dan semakin keras menghentakkan kontolku masuk keluar nonoknya hingga kemudian pejuku menyemprotkan dengan derasnya dalam nonoknya. Rasanya tidak ada habis-habisnya. Dengan lemas saya menelungkup di atas punggungnya.
Esok paginya saya terjaga saat jam telah memperlihatkan jam 1/2 sepuluh pagi dan saya cuma
merasakan Imas yang tetap lelap di samping kiriku. Kuguncang badan Imas untuk menggugahnya.
“Bagaimana , senang semalem?” tanyaku.
“Edan Imas om en totin sampai kelenger, kuat sekali sich om”.
“Imas sukai kan saya en tot, kapan2 kalau ada peluang ingin tidak ngen tot kembali ama saya?”
“Ingin sekali om, tetapi jangan sampai ibu tahu ya om. Imas belon sebelumnya pernah bangun jam 10 begini, sedap ya om tidak perlu ngerjain pekerjaan rumah tangga. Om tidak laper, nanti Imas siapin”.
“Ucapnya tidak mo ngerjain pekerjaan rumah tangga. Kita dekapan di tempat tidur kembali. Masih ingin kembali tidak?”
“Kalau om dapat napa tidak, Imas nikmat kok dientot om, ingin dech terus2an dien totnya, agar lemas “.
Saya merengkuh dan mencium bibirnya, tanganku aktif mencari badannya. Saat tanganku sampai ke bawah, kubelai bibir nonoknya sekalian permainkan it ilnya.
“Uuhh.. om”, Imas menjerit kecil dan memperkuat dekapannya padaku. Imas dekatkan mukanya padaku dan mencium bibirku, sepanjang beberapa saat bibir kami berpagutan. Imas sangat nikmati belaian pada wilayah sensitifnya. Dengan tangan kanan saya mainkan toketnya, pentilnya kupencet dan kupilin sampai semakin menegang, tangan kiriku meraba-raba nonok nya. Imas nikmati jari-jariku main di nonoknya sekalian merintih2 kenikmatan.
“Maen kembali yok Mas”.
“Ayuk om,Imas dah ingin dien tot kembali”. Hebat ni wanita, tidak ada matinya. Napsunya besar sekali, walau sebenarnya semalem dah saya en tot sampai ia lemas sekali, masih saja ingin kembali. Saya meremes2 toket kirinya sekalian kadang-kadang melintir pentilnya. Lantas saya membungkuk dan arahkan kepalaku ke toket kanannya langsung kukenyot. Imas pejamkan mata meresapi situasi itu dan keluarkan desahan.
“Mo pakai style apa Mas”.
“Imas ternikmat kalau dien tot dari belakang om”. Langsung saya memerintahnya menungging, kuarahkan kontolku ke nonoknya.
Jembutnya yang hitam lebat itu kusibak hingga tampaklah bibir nonoknya yang warna merah muda dan basah berlendir. Kuselipkan kepala kontolku antara bibir nonoknya. Imas mendesah.
Selanjutnya perlahan-lahan tetapi tentu saya menggerakkan kontolku di depan. kontolku menerobos nonoknya. Imas menjerit kecil sekalian mendangakkan kepalanya keatas. Sesaat saya stop dan biarkan ia menikmatinya. Saat Imas tengah mengerang-erang dan menggeliat-gelinjang, tiba-tiba saya menyikatkan kontolku di depan secara cepat dan keras hingga kontolku melaju ke nonoknya. Imas tersentak dan menjerit keras.
“Aduh om, sedap!” Saya percepat enjotan kontolku di nonoknya. Makin keras dan cepat enjotanku, makin keras erangan dan jeritannya.
“Aa..h.!” jeritnya nyampe. Selanjutnya Imas kutelentangkan diranjang. Saya naiki badannya, pahaku melekat kuat dipahanya yang mengangkang. Kepala kontol kutempelkan ke it ilnya. Sekalian menciumi leher, bahu dan belakang telinganya, kepala kontolku bergerak melingkari bibir nonoknya yang telah basah. Imas merem terbuka nikmati kontolku di bibir nonoknya, pada akhirnya kuselipkan kontolku dinonoknya.
“Aah”‘ jeritnyakeenakan. Imas merasa kepuasan yang hebat dan dikit demi sedikit kumasukkan kontolku. Imas menggoyahkan bokongnya hingga kontolku nyaris semuanya masuk.
“Om, enjot donk kontolnya, rasanya sangat nikmat”. Perlahan-lahan saya mulai mengenjot kontolku masuk keluar nonoknya. Pahanya di kangkangin lebar-lebar, sampai pada akhirnya kakinya melingkar di bokongku agar kontolku masuk sedalam-dalam ke nonoknya. Imas berteriak-teriak dan rapatkan capitan kakinya di bokongku. Saya memasukkan kontolku semuanya dalam nonoknya.
“Om, Imas nyampe kembali.. Ahh.. Ahh.. Ahh,”jeritnya. Sesaat selanjutnya, ia buka sedikit capitan kakinya dipantatku, paha dibukanya lebar2 dan pada akhirnya secara cepat kuenjot kontolku masuk keluar nonoknya. Sangat nikmat rasanya. Sesudah delapan sampai sembilan enjotan kontolku di nonoknya, pada akhirnya croot..croot.. croot.. croot..
“Mas, saya ngecret”, erangnya.
Pejuku muncrat banyak penuhi nonoknya.Sesudah mandi kami baru mempersiapkan sarapan dan melahapnya bersama-sama.
“Mesra sekali ya om, kaya penganten baru saja”. Benar-benar nikmat tinggal dengan Imas sepanjang majikannya liburan ke bali. Tidak keitung berapakah kali saya mereguk kepuasan bersama Imas. Demikian pula Imas yang kelihatannya suka kontolku ngenjot nonoknya